Welcome To My Imajination

Selamat Datang di Dunia 3Dimensi
Terima Kasih Sudah Berkunjung Saya berharap Blog ini bisa tampil lebih baik lagi tentunya harapan itu merupakan harapan kita semua.. karna itu saya butuh Masukan, Kritikan dan Saran dari teman-teman semua untuk memaksimalkan isi blog ini, sekali lagi Selamat Berkunjung semoga blog ini bermanfaat bagi anda...
@ Creat: By Abank.

Senin, 30 September 2013

Geometri: Aturan-aturan yang Mengikat Bentuk Arsitektur

GARASI

Geometri: 

Geometri Secara Makro

Geometri merupakan suatu dasar pemikiran akan bentuk, mulai dari bentuk yang ada pada alam hingga bentuk yang merupakan suatu arsitektur. Namun apakah setiap bentuk dalam arsitektur pasti terdiri dari elemen geometri? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, maka sebaiknya dikenal lebih dahulu apa itu yang disebut dengan geometri. Menurut World Book Encyclopedia, geometri didefinisikan sebagai berikut:
Geometry is a branch of mathematics. It involves studying the shape, size, and position of geometric figures. These figures include plane (flat) figures, such as triangles and rectangles, and solid (three-dimensional) figures, such as cubes and spheres ” (The World Book Encyclopedia, 1993)
Dalam definisi tersebut, dijelaskan bahwa geometri merupakan suatu ilmu matematika yang sangat terkait dengan bentuk, ukuran, dan pemposisian. Definisi ini sangat luas, sehingga dengan hanya berpedoman pada definisi ini, maka tiap bentuk dapat dikategorikan sebagai suatu geometri dan juga terdiri dari elemen geometri. Josef Muller-Brockmann menjelaskan bahwa dalam geometri: “The proportions of the formal elements and their intermediate spaces are almost always related to certain numerical progressions logically followed out” (Elam, 2001: 5).
Menurut penjelasan tambahan dari Muller-Brockmann, proporsi dari elemen formal dan ruang dalam geometri selalu terkait dengan perhitungan numerik yang logis. Sebagai salah satu ilmu matematika, geometri tentunya memiliki aturan-aturan yang membatasi bentuk yang dimilikinya.
Dengan sifat bentuk geometri yang terkait dengan elemen numerik dan harus memiliki suatu bentuk yang logis, maka variasi bentuk pada geometri pun menjadi berkurang. Objek-objek yang bersifat abstrak, cenderung memiliki bentuk yang tidak logis dan tidak dapat didefinisikan sebagai bentuk numerik. Hal ini dikarenakan elemen-elemen pembentuknya tidak terukur. Oleh karena itu objek-objek ini tidak dapat dikategorikan sebagai bentuk geometri.

Geometri dan Arsitektur

Pengertian arsitektur yang terdapat dalam buku Hybrid Space adalah: “The art or science of building; specify: the art or practice of designing structures and esp. inhabitable ones” (Zellner, 1999: 9). Pengertian ini lebih menyempitkan pengertian arsitektur sebagai suatu seni. Suatu seni tentunya ditujukan untuk dapat menghasilkan suatu yang memiliki nilai keindahan.
Kimberly Elam mengemukakan bahwa “Architecture has some of the strongest educational ties to geometric organization because of the necessity for order and efficiency in construction, and the desire to create aesthetically pleasing structures” (Elam, 2001: 101). Ia menjelaskan bahwa arsitektur memiliki hubungan yang kuat dengan geometri. Salah satu yang menghubungkan antara kedua hal ini adalah nilai estetis.
Dari pendapat di atas didapat bahwa geometri dapat menjadi salah satu elemen yang dapat menjadikan suatu karya arsitektur memiliki nilai estetis. Tapi tentunya untuk menimbulkan nilai estetis ini, maka karya arsitektur tersebut kemudian dibatasi dengan aturan-aturan geometri yang ada. Dengan adanya aturan ini, bentuk yang dihasilkan menjadi terikat. Salah satu contoh lain aturan geometri adalah golden section.
Arsitek romawi bernama Marcus Vitruvius menjelaskan bahwa pembangun harus selalu menggunakan rasio yang tepat dalam pembangunan suatu kuil, sepertinya pernyataannya “for without symmetry and proportion, no temple can have a regular plan” (Vitruvius, 1960). Tiap kuil yang ada pada saat itu, harus menggunakan aturan golden section, sehingga bentuk kuil pada saat itu tidak beragam dan memiliki standar yang sama. Dengan bentuk yang dibatasi oleh aturan golden section tersebut, tentu saja para arsitek pada saat itu tidak dapat mengeluarkan ide kreatif mereka, sehingga keragaman arsitektur pada saat itu sangat berkurang.
The purpose of geometry of design is not to quantify aesthetics through geometry but rather to reveal visual relationships that have foundations in the essential qualities of life such as proportion and growth patterns as well as mathematics. Its purpose is to lend insight into the design process and give visual coherence to design through visual structure. It is through this insight that the artist or designer may find worth and value for themselves and their own work”(Elam, 2001: 5).
Penjelasan Kimberly Elam menyangkut fungsi geometri di atas, menjelaskan bahwa geometri memiliki fungsi yang relevan dalam memperlihatkan hubungan visual suatu objek dari segi proporsi, dan juga pola perkembangan objek tersebut.
Hal ini juga banyak diterapkan oleh bangunan pada saat itu. Pada saat itu, lukisan dan bangunan yang tidak menggunakan prinsip geometri tidak dapat dianggap suatu yang indah. Banyak lukisan-lukisan dan bentuk yang tidak menggunakan aturan geometri. Walaupun tidak menerapkan aturan ini, lukisan ataupun bentuk tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu yang indah. Terlihat bahwa kaidah geometri dalam suatu desain dapat membatasi variasi desain yang dihasilkan. Selain dari penggunaan geometri sebagai pemvisualisasian hubungan dan proporsi dari suatu objek, geometri juga memiliki fungsi sebagai suatu kaidah yang digunakan untuk memberi ukuran pada bangunan dan bentuk.

Geometri Sebagai Pengukur

Le Corbusier menjelaskan bahwa: “Even the earliest and most primitive architect developed the use of a regulating unit of measure such as a hand, or foot, or forearm in order to systemize and bring order to the task. At the same time the proportions of the structure corresponded to human scale” (Elam, 2001: 22).
Dari penjelasannya di atas, Le Corbusier menganggap bahwa geometri sangat memiliki keterkaitan dengan ukuran, yang kemudian akan membentuk suatu aturan dalam bangunan tersebut. Dan ia juga menyebutkan bahwa proporsi suatu struktur, sangat berkaitan dengan skala manusia. Hal ini yang kemudian membentuk suatu aturan baru, yaitu bagaimana suatu struktur harus relevan dengan skala manusia sebagai pengguna struktur tersebut.
Anggapan Le Corbusier ini benar. Dalam penciptaan suatu ruang, maka arsitek harus menggunakan skala manusia. Namun, pada saat ini, ruang tidak hanya berfungsi sebagai wadah bagi kegiatan manusia, dan tidak seterusnya hanya bergantung kepada nilai fungsional. Kini aturan geometri yang dijelaskan Le Corbusier, sudah dapat dipatahkan, dengan adanya bentuk arsitektur yang tidak berlandaskan skala manusia. Dari paragraf di atas, terlihat sekali lagi bahwa geometri sebagai pembentuk aturan dalam bentuk, dapat mengikat hasil perancangan arsitektur.

Geometri dan Perkembangannya

Pada tahun 1545, Sebastiano Serlio mengemukakan bahwa: “How needful and necessary the most secret art of geometry is – without it the architect is no more than a stone despoil” (Evans, 1995: 26). Ia menganggap geometri sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dan penting. Tanpa menggunakan kaidah geometri, maka seorang arsitek tidak lebih dari penyusun batu.
Anggapan Serlio tidak dapat dianggap benar pada saat ini. Kini pemaknaan dan pencarian bentuk semakin meluas dengan terus ditemukannya metode pencarian bentuk. Banyak munculnya metode baru tersebut, tiada lain dikarenakan perkembangan teknologi. Bart Lootsma mengemukakan bahwa: “The radicalization of modernity that has been triggered by the computer means that it has become increasingly difficult to fall back on traditions: more than ever, we must reflect on what the future will bring” (Zellner, 1999: 7).
Ia menjelaskan bahwa dengan adanya perubahan zaman, maka akan sulit jika kita kembali terikat dengan sesuatu yang konvensional dan tradisional. Sebaiknya segala sesuatu harus dapat merefleksikan apa yang akan dibawa oleh masa depan. Hal ini yang kemudian mematahkan anggapan konvensional Serlio mengenai geometri. Kini zaman telah berubah, sehingga dalam pencarian suatu bentuk, tidak harus digunakan kaidah-kaidah geometri. Banyak terdapat metode-metode lain yang dapat berbeda dengan prinsip geometri.
Peter Zellner mengemukakan bahwa: “Through visual and non-visual means of mobile cognition – satellite imaging, electron scanning or heat-sensing – structures and buildings are being set free from a conventional linear viewpoint. Buildings can become less like icons of fixity and immobility and more like inclusive fields of organized materialization ” (Zellner, 1999: 9).
Ia menjelaskan bahwa kini bangunan sudah terbebas dari pandangan konvensional. Dengan adanya teknologi-teknologi yang maju, kini pandangan linear sudah tidak dapat membatasi suatu bentuk. Begitu pula dengan kaidah geometri konvensional seperti golden section. Kini bentuk tidak dapat hanya dilihat dari satu tampak, namun suatu bentuk harus dicitrakan sebagai suatu kesatuan solid dengan tiga dimensi.

Geometri Topologi

Topologi, merupakan salah satu ilmu matematika yang berkaitan erat dengan geometri. Menurut Peter Zellner: “Topology involves the study of strange surfaces that can be transformed without collapsing or breaking because of the rubbery structure of their surfaces” (Zellner, 1999: 12). Menurutnya, topologi sangat berkaitan erat dengan transformasi bentuk. Tentunya topologi juga memiliki aturan dalam pengembangan suatu bentuk.
World Book Encyclopedia mendefinisikan topologi sebagai berikut. “Topology is a branch of mathematics that explores certain properties of geometrical figures. The properties are those that do not change when the figures are deformed by bending, stretching, or moulding ” (The World Book of Encyclopedia, 1993). Dari penjelasan ini terdapat aturan dalam proses transformasi, yaitu suatu objek hanya dapat di deformasi secara bending, stretching, dan moulding.
Aturan ini juga menyebutkan, dalam deformasi tersebut, tidak boleh terdapat suatu pemotongan. Hal ini dikarenakan keterkaitan topologi dengan istilah genus, yaitu jumlah rongga yang ada pada suatu objek. Yang ingin dijelaskan dari pengertian topologi ini adalah bagaimana sekali lagi suatu aturan dalam geometri dapat membatasi proses transformasi pada bentuk.

Kesimpulan

Dapat ditarik kesimpulan bahwa geometri sebagai objek secara otomatis sudah menjadi bagian dari suatu bentuk. Ia tidak mengikat bentuk pada arsitekur. Yang dianggap mengikat pada paragraf-paragraf di atas ialah aturan-aturan yang dimiliki oleh suatu bentuk geometri, sehingga aturan tersebut dapat membatasi penciptaan suatu bentuk baru pada arsitektur. Oleh karena itu, maka geometri dengan segala aturan-aturannya, dapat mengikat dalam penciptaan bentuk arsitektur, sehingga dalam pengembangan variasi bentuk arsitektur, tidak akan muncul sesuatu yang unik.

Referensi

Calter, P. (1998). Geometry in Art & Architecture. http://www.math.dartmouth.edu/ %7Ematc/math5.geometry/unit13/unit13.html

Elam, Kimberly. (2001). 
Geometry Of Design. New York: Princeton Architectural Press.

Evans, Robin. (1995). 
The Projective Cast : Architecture and its Three Geometries. London : The MIT Press.
The World Book Encyclopedia.(1993). United States of America.

Vitruvius. (1960). 
The Ten Books on Architecture.

Zellner, Peter. (1999). 
Hybrid Space: New Forms in Digital Architecture. London: Thames and Hudson.

Sumber :

Hardyanthony Wiratama

Jurnal Arsitektur Online, Volume 1 No 1 (2007)


http://www.arsitektur.net/2007-1-1/hardy_geometri.html
27 September 2009

Konsep dalam Arsitektur

GARASI


Konsep adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu kesatuan. Dalam arsitektur, suatu konsep mengemukakan suatu cara khusus bahwa syarat-syarat suatu rencana, konteks, dan keyakinan dapat digabungkan bersama. Suatu konsep harus mengandung kelayakan, ia menunjang maksud-maksud dan cita-cita pokok suatu proyek dan memperhatikan karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari setiap proyek.
Gagasan arsitektur adalah konsep yang telah disederhanakan menjadi soal arsitektonis formal seperti siang hari, ruang, urutan ruang, integrasi struktur dan bentuk, dan penapakan (siting) dalam bentuk alam.
Suatu tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh rancangan suatu proyek.
Gagasan superorganisasi mengacu kepada konfigurasi geometris umum atau hirarki yang harus diperhatikan oleh bagian-bagian suatu proyek. Suatu gagasan superorganisasi memungkinkan variasi pola di antara bagian-bagian, hanya selama mereka memperkuat pola keseluruhan. Tujuan gagasan superorganisasi adalah untuk memberi cukup struktur bagi pola sedemikian rupa sehingga masing-masing bagian dapat dikembangkan dengan keistimewaan-keistimewaannya sendiri dan masih menunjang keseluruhannya.
Parti (skema) dan esquisse (sketsa) adalah produk menurut konsep dan grafik dari suatu metode pengajaran khusus, metode ini menghendaki agar dapat mengembangkan kecakapan konseptual sampai suatu tingkat yang tinggi.
Terjemahan harafiah adalah tujuan guna mengembangkan suatu konsep dan diagram yang dapat menjadi rencana yang disederhanakan untuk proyek yang bersangkutan.
Menurut Barnes: “Sebuah bangunan harus memiliki gagasan kuat yang lebih bersifat arsitektur daripada seni patung atau seni lukis- gagasan yang berhubungan dengan kegiatan dalam bangunan… Bila seorang arsitek bertanya pada arsitek lain: ‘Jenis bangunan apa yang sedang Anda buat?’ orang harus segera dapat menarik abstraks, atau diagram, dari gagasan arsiteknya.

KONSEP DAN RANCANGAN ARSITEKTUR
Perumusan konsep bukanlah merupakan suatu kegiatan yang otomatis. Ia memerlukan upaya yang terpusat untuk membuat suatu konsep yang secara layak memadukan hal-hal yang tidak dipersatukan sebelumnya. Perumusan konsep adalah suatu kegiatan yang tidak biasa bagi kebanyakan orang, dan para mahasiswa arsitektur mengalami banyak kesulitan untuk menguasainya seperti juga dalam aspek-aspek perancangan yang lain. Tiga masalah merintangi pengembangan keahlian dalam membuat konsep. Rintangan itu meliputi tentang masalah komunikasi, kekurangan pengalaman, dan pembangkitan hirarki.
Masalah komunikasi yang paling sulit bukanlah menjelaskan konsep kita kepada orang lain, melainkan dalam menjelaskan gagasan kita kepada diri sendiri. Masalah lain yang mempengaruhi perumusan konsep adalah komunikasi grafis. Ironisnya, banyak mahasiswa yang ragu-ragu membuat sketsa sebagai bagian dari proses mereka dalam mengembangkan konsep.
Masalah yang kedua, merupakan perluasan dari masalah yang pertama. Karena banyak bangunan yang dibuat tanpa menggunakan konsep, dan hampir semua kritikus dan banyak arsitek menghindarkan menulis tentang ini, relatif mudahlah bagi seorang peracang yang baru mulai untuk menjadi tidak berhasrat pada konsep-konsep dan tidak memahami peranan yang mereka mainkan dalam perancangan bangunan.
Masalah ketiga, dapat disederhanakan sebagai masalah mengidentifikasi hirarki-hirarki yang tepat. Arsitek harus sanggup membuat penilaian yang membedakan. Pemahaman akan hubungan-hubungan antara gagasan, wawasan, dan konsep dapat membantu memecahkan ketiga masalah tersebut.
Gagasan adalah pemikiran nyata yang spesifik yang kita miliki sebagai hasil pemahaman, pengertian, atau pengamatan. Bangunan dan rancangan bangunan terdiri dari banyak keputusan kecil, dan keahlian harus dikembangkan dalam menimbulkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang tanggap terhadap berbagai keragaman persoalan yang muncul.
Wawasan adalah gagasan yang dianggap tidak penting, namun selalu masih terdapat kemungkinan bahwa ada suatu dasar kebenaran yang penting yang tersembunyi bahkan dalam setiap ucapan yang fasih. Dalam arsitektur, suatu konsep yang tepat untuk suatu proyek mungkin terus-menerus menolak artikulasi, dan mungkin perlu untuk menciptakan wawasan sebagai suatu langkah dalam merumuskan suatu konsep yang tepak, baik sebagai suatu teknik kunci dan siasat tekan harga jual rumah maupun sebagai akibat mutlak dari kekurangan pengalaman dalam perancangan dan perumusan konsep.
Konsep serupa dengan gagasan, dalam arti keduanya merupakan pemikiran spesifik yang kita miliki sebagai hasil dari suatu pemahaman. Dalam arsitektur, suatu konsep mengidentifikasi bagaimana berbagai aspek persyaratan untuk suatu bangunan dapat dipersatukan dalam suatu pemikiran spesifik yang langsung mempengaruhi rancangan dan konfigurasinya.
Skenario konseptual meluaskan pernyataan konsep, dapat digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana semua gagasan dan persoalan penting yang dapat ditinggalkan dalam suatu pernyataan konsep yang lebih singkat dapat dipersatukan dalam satu pernyataan cerita yang panjang. Sekalipun bagian-bagian tiap skenario mungkin telah jelas ditetapkan dari sejak awal, skenario menggunakan pengertian-pengertian yang diperoleh selama proses perancangan untuk mempertalikannya bersama.

HIRARKI KONSEP
Suatu pemahaman tenatang hubungan hirarkis antara wawasan, gagasan, konsep, dan skenario konseptual menjadi landasan untuk mengembangkan suatu proses guna melahirkan konsep-konsep yang tepat untuk bangunan.
Dalam tahap-tahap awal suatu proyek, gagasan mempunyai kesempatan yang baik untuk dapat dipahami, terutama bila pikiran terbuka bagi pemikiran pembaharuan, tidak biasa, dan imajinatif, yang mungkin membantu memecahkan perancangan yang unik atau sulit dan persyaratan yang bersifat perencanaan. Sehingga kemiripan, kemungkinan interaksi, dan pengelompokan gagasan menjadi nyata. Pengamatan-pengamatan ini menciptakan dasar yang memberikan argumen terus-menerus untuk melakukan segala sesuatu.

LIMA JENIS KONSEP
1. Analogi (memperhatikan hal-hal lain)
Analogi adalah sarana yang paling sering digunakan untuk merumuskan konsep. Analogi mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin di antara benda-benda. Sebuah benda diidentifikasi dan mempunyai semua sifat khas yang diinginkan, dan dengan demikian ia menjadi model untuk proyek yang ada.
2. Metafora (memperhatikan abtraksi-abtraksi)
Metafora, mengidentifikasi hubungan di antara benda-benda. Tetapi hubungan-hubungan ini lebih bersifat abstark dibanding nyata. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata “seperti” atau “bagaikan” untuk mengungkapan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar sedangkan analogi mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin.
3. Hakikat (memperhatikan di luar kebutuhan-kebutuhan program)
Hakikat menyaring dan memusatkan aspek-aspek persoalan yang lebih rumit menjadi keterangan-keterangan gamblang yang ringkas. Hakikat mengandung pengertian-pengertian ke dalam aspek yang paling penting dan intrinsik dari benda yang dianalisis. Suatu pernyataan tentang hakikat sesuatu juga dapat merupakan hasil penemuan dan identifikasi akar-akar suatu pokok persoalan.
4. Konsep programatik (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)
Tidak semua konsep menangkap hakikat suatu proyek, tidak pula semua konsep melambangkan fungsi semua kegiatan dalam suatu bangunan. Konsep dapat dikembangkan sekitar persoalan-persoalan yang lebih pragmatis yang sering dengan gamblang diidentifikasi dalam program bangunan.
5. Cita-cita (memperhatikan nilai-nilai umum)
Bila arsitek tidak memiliki cita-cita untuk acuan dan menggunakannya dalam konseptualisasi dan mengembangkan rancangan-rancangan mereka, tugas mereka akan lebih sulit.
Wawasan, gagasan, konsep, dan skenario merupakan suatu rangkaian kesatuan kontinum yang dapat menjadi dasar penting bagi arsitektur. Pencaharian akan konsep yang tepat dan penerapannya dapat membantu menciptakan arsitektur yang baik.

Cara Perhitungan Proyeksi Penduduk

GARASI

Proyeksi Penduduk sangat penting dilakukan untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang. Pada umumnya proyeksi penduduk diperlukan untuk tahapan perencanaan jangka panjang suatu wilayah (kelurahan, kecamatan, propinsi, bahkan negara).

Pada masa dahulu, pemerintah melakukan ‘population projection’ terutama untuk keperluan pajak atau keperluan mengetahui besarnya kekuatan negaranya. (Muliakusuma)
  
Proyeksi Penduduk digunakan untuk memperediksi kebutuhan di masa mendatang.
 
Misal : Kebutuhan akan jumlah rumah (perumahan), kebutuhan ekonomi, ketersediaan sumber daya alam.

Ada beberapa jenis Perkiraan Penduduk, diantaranya :
  1. INTERCENSAL (INTERPOLASI), interpolasi merupakan suatu perkiraan mengenai keadaan penduduk di antara 2 sensus (data) yang kita ketahui.
  2. POSTCENSAL ESTIMATED, merupakan perkiraan mengenai penduduk setelah dilakukan sensus. Prinsipnya sama yaitu pertambahan penduduk adalah linear.
  3. PROJECTION (PROYEKSI), perkiraan penduduk berdasarkan sensus (biasanya sensus terakhir).
Pada bahasan kali ini, saya akan menguraikan cara perhitungan proyeksi penduduk untuk jenis Interpolasi dan Potential Estimated.

INTERCENSAL - INTERPOLASI  
interpolasi merupakan suatu perkiraan mengenai keadaan penduduk di antara 2 sensus (data) yang kita ketahui. Pada perhitungan interpolasi, jumlah pertumbuhan penduduk dianggap linear, yang artinya setiap tahun penduduk akan bertambah dengan jumlah yang sama.
 Rumus Perhitungan Proyeksi Penduduk dengan Intercensal

Contoh Soal dan Perhitungannya,
Diketahui jumlah penduduk di Kota Kawai pada tahun 1961 adalah 97 juta jiwa. Sedangkan pada tahu 1971 adalah 118,2 juta. Berapakah estimasi jumlah penduduk pada tahun 1967?
Jawab:
Diketahui :    
Po = 97 jt (tahun 1961)
 
Pn = 118,2 jt (tahun 1971)
 
m = 1967 – 1961 = 6
 
n = 1971 – 1961 = 10
 
 

 maka estimasi jumlah penduduk pada tahun 1067 adalah 109,72 juta.

POSTCENSAL ESTIMATED
 
Adalah perkiraan penduduk setelah dilakukan sensus. Prinsipnya pertambahan penduduk dianggap linear, yang artinya setiap tahun penduduk akan bertambah dengan jumlah yang sama.
 Rumus Perhitungan Proyeksi Penduduk dengan Postcensal Estimated 

Contoh Soal dan Perhitungannya, 
Diketahui jumlah penduduk di Kota Dumai pada tahun 2000 adalah 97 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2010 adalah 118,2 juta. Berapakah estimasi jumlah penduduk pada tahun 2014?
Jawab : 
Diketahui :
Po = 97 jt (tahun 2000)
 
Pn = 118,2 jt (tahun 2010)
 
m = 2014 – 2010 = 4
 
n = 2010 – 2000 = 10

 
   
 





maka estimasi jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 126,68 juta.

Diketahui :    
Po = 97 jt (tahun 2000)
Pn = 118,2 jt (tahun 2010)
m = 2014 – 2010 = 4
 
n = 2010 – 2000 = 10
 
 
 
maka estimasi jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 126,68 juta. 

TRANSFORMASI GUBAHAN MASSA

GARASI

Definisi Transformasi
sumber : http://www.ar.itb.ac.id/wdp/wp-content/uploads/2009/09/definisi_transformasi_wdpratiwi.pdf 
  • (The New Grolier Webster International Dictionary of English Language), Transformasi adalah menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. 
  • (Webster Dictionary, 1970), Transformasi berarti perubahan menjasi sesuatu. Transformasi dapat dianggap sebagai sebuah proses pemalihan total dari suatu bentuk menjadi sebuah sosok baru yang dapat diartikan sebagai tahap akhir dari sebuah proses perubahan sebagai sebuah proses yang dijalani secara bertahap faktor ruang dan waktu menjadi hal yang sangat mempengaruhi perubahan tersebut.
  • Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan. (Antoniades, 1990)
  • Transformasi adalah perubahan fisik disebabkan oleh adanya kekuatan non fisik yaitu perubahan budaya, sosial, ekonomi, dan politik ( Rossi, 1982 dalam Sari, 2007) 
Kategori Transformasi (Laseau, 1980 dalam Sembiring, 2006):
  1. Transformasi bersifat Topologikal (geometri), bentuk geometri yang berubah dengan komponen pembentuk dan fungsi ruang yang sama
  2. Transformasi bersifat Gramatika hiasan (ornamental), dilakukan dengan menggeser, memutar, mencerminkan, menjungkirbalikkan, melipat, dll
  3. Transformasi bersifat Reversal (kebalikan), pembalikan citra pada figur objek yang akan ditransformasi dimana citra objek dirubah menjadi citra sebaliknya
  4. Transformasi bersifat Distortion (merancukan), kebebasan perancang dalam beraktivitas. 

contoh bangunan dengan transformasi dimensional

Transformasi Dimensional: Merubah satu atau lebih dimensinya namun masih mempertahankan identitasnya sebagai satu bentuk dasar tertentu. 
Pada contoh bangunan di atas, transformasi dimensional ditunjukkan dengan mempertahankan bentuk dasar kotak
  
contoh transformasi substraktif
Transformasi Substraktif (pengurangan) :Pengurangan sebagian volume,  tetap terlihat bentukan dasarnya maupun berubah dari bentukan dasar masa tersebut.
Pada contoh bangunan di samping, transformasi ditunjukkan dengan pengurangan pada gubahan massa dengan bentuk kotak.
  

 

Transformasi Aditif (penambahan)
Penambahan bentuk dasar masa tertentu dengan bentukan lain, sejenis maupun yang berlainan. Bisa juga menjadi KOMBINASI bentukan tertentu.
Pada contoh bangunan di bawah ini, transformasi diperlihatkan dengan tonjolan pada bangunan yang juga difungsikan sebagai ruangan.

contoh transformasi aditif (penambahan)

Rabu, 18 September 2013

Arsitektur dan Dimensi Ruang

GARASI




Arsitektur dan Dimensi Ruang

Sejak dahulu arsitektur sudah dipermasalahkan. Apakah sebenarnya arsitektur itu? Apakah material yang digunakan sebagai parameter untuk menilai suatu karya arsitektur? Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori-teori ini mendekati dari berbagai sudut pandang, di antarannya:
1. Luis I. Kahn, arsitektur adalah pemikian yang matang dalam pembentukan ruang. Pembaharuan arsitektur secara menerus adalah disebabkan perubahan konsep ruang (Perspecta,IV.p. 2-3);
2. Le Corbusier, arsitektur adalah penataan beberapa massa yang dengan hebat, tepat dan baik sekali digabungkan dengan cahaya (Toward a new Architecture, p. 14); dan
The Pure form of Architecture
3. William Wayne Caudill, bentuk dan ruang adalah bukan arsitektur. Arsitektur terjadi hanya bila seseorang sedang mengalami atau menikmati bentuk dan ruang tersebut (Architecture by Team, 1971). Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil satu kesimpulan mengenai arsitektur, adalah ruang, massa dan manusia merupakan bagian dalam sebuah karya arsitektur.
Form and space is not architectureArchitecture occurs only when there is a person to experience it

Teori Ruang
Pemikiran mengenai aspek-aspek atau gatra-gatra dari ruang dalam falsafah dan ilmu pengetahuan, sudah dimulai sejak dahulu. Di Timur dikembangkan oleh Lao Tzu dan di Barat dikembangkan oleh Plato.
Pemikiran ruang dari Lao TzuLao Tzu memulai pemikiran ruang ini sejak 550 BC., dengan bukunya yang sangat terkenal ialahTAO THE CHING (The Way of Becoming), ini diklasifikasikan sebagai dasar falsafah Timur. Konsep filosofinya, ialah yang tidak ada adalah yang utama/pokok yang dijadikan bisa diraba dalam bentuk wadah. Ada tiga tingkatan klasifikasi ruang menurut Lao Tzu, yakni 1) Ruang yang dihasilkan dari penggabungan tectonic (ruang yang diakibatkan oleh struktur yang terdiri dari berbagai unsur-unsur kecil, balok, usuk, kolom, dan sebagainya); 2) Ruang yang dihasilkan dari bentuk stereotomic (bentuk yang didapat dari elemen lentur/plastic); dan 3) Ruang-ruang transitional (ruang yang menghubungkan ruang dalam dan ruang luar).
Pemikiran ruang dari PlatoPlato kemudian muncul 200 tahun sesudah Lao Tzu. Pola pemikirannya sangat berpengaruh di Barat. Konsep filosofinya, ialah barang nyata itu bisa dilihat, diraba dan yang ada. Falsafah Plato banyak dilakukan melalui ungkapan fisik dari arsitektur dikenal dengan adanya proporsi, yang diambil dari dasar falsafah cosmis yang telah diterjemahkan dalam doktrin proporsi bangunan. Pengikut Plato banyak ahli-ahli yang bukan hanya arsitek. Seorang pengikut yang menonjol adalah Johan Kepler (1571~1830). Johan Kepler mencoba member batasan pada beberapa unsur yang ada di dunia. Api ---- piramida (4 bidang), Udara ---- octahedron (8 bidang), Bumi ---- Kubus (6 bidang), Cosmos ---- dodecahedron (12 bidang), dan Air ---- icosahedron (20 bidang).
Setelah ada simbol-simbol tersebut di atas orang baru dapat membuat proporsi. Proporsi sendiri dikembangkan oleh Fransesco Giorgi (1925), yang dasarnya mengikuti ratio mathematic/ratio harmonic (harmonic proportion ratio). Fransesco Giorgi selalu menghubungkan proporsi dengan musik.
Oktaf a fifth Bentuk lamda Giorgi
Dengan dasar ini menyarankan bahwa perbandingan lebar panjang dari ruang atau bidang seyogyanya 9:27, karena kalau dikatakan 1:3 tidak harmonis. Mengapa 9:27? Karena Fransesco Giorgi melihat perkembangan pada waktu itu dari alat-alat musik adalah diaposan (diaposan=1 oktaf) dan diapante.
Palladio juga mengembangkan patokan umum dari proporsi arsitektural. Proporsi akan mencakup: lebar, tinggi, dan panjang. Perbandingan panjang dan lebar mempunyai dasar yang kuat untuk menentukan tinggi. Ada tujuh macam bentuk ruang di dalam harmonic proportion, adalah: 1) Bentuk bulat; 2) Segi empat (berarti ada perbandingan yang sama antara lebar dan panjang); 3) Diagonal 1:V2 ;4) 3:4; 5) 2:3; 6) 3:5; 7) 1:2. Sebenarnya dasar perbandingan lebar dan panjang ini mempunyai dasar yang sangat kuat, kalau menentukan tinggi. Sebagai contoh misal: 1) Ruang lebar 6m, panjang 12m, maka tinggi seharusnya 9m; dan 2) kalau lebar 4m, panjang 9m, maka tinggi seharusnya 6m.
Pitagoras, menggariskan angka pertama karena angka 3 itu mempunyai satu bilangan di depan, satu bilangan di tengah dan satu bilangan di belakang. Kalau kita tidak bisa bandingkan itu, maka kita tidak bisa mencapai keharmonisan. Hukum tradisional Pitagoras adalah:Rumus-rumus ini adalah rumus harmonic proportion. Ada satu rumus proporsi yang disebut rumus-rumus proporsi, ialah:Harmonic proportion banyak yang menggunkan pada waktu itu. Ketiga rumus itu sangat dogmatis diikuti oleh semua seniman, baik seni lukis maupun arsitektur semua menggunakan rumus di atas. Sebagai contoh visual, perimbangan yang menyenangkan untuk dilihat dan disebut indah oleh bangsa Yunani dahulu, ialah bentuk empat-persegi dan elipse. Masing-masing mempunyai proporsi 1:1,6 atau kalau dijadikan angka bulat 3:5, perimbangan ini terkenal dengan nama Golden Ratio (perbandingan keemasan).
Penerapan teori proporsi menurut perbandingan keemasan

Kalau kita lihat patokan lain selain proporsi adalah simetri (patokan untuk keindahan). Keduanya mempunyai kekuatan sendiri-sendiri untuk keindahan atau masing-masing mempunyai keindahan sendiri-sendiri. Dengan kata symmetry is the beauty of order Eurythmia ( a symmetryis the beauty of this position. Dan tidak simetri itu sangat ditentukan oleh proporsi. Simetri jelas kanan dan kiri sama dapat dikatakan seimbang, tidak simetri kanan dan kiri tidak sma dapat dikatakan tidak seimbang. Palladio mengatakan bahwa sebetulnya proporsi memegang rahasia dari seni apapun, jadi kalau kita tidak tahu proporsi tidak tahu akan seni.Johan Kepler merupakan salah satu yang ingin lepas dari proporsi, tetapi masih terpesona dengan bilangan. Dikatakannya pula, bahwa angka, harmoni, dan proporsi memang ada di dalam moral kita, sehingga karakter, sifat, dan affection dari kehidupan manusia banyak ditentukan oleh ketiga hal tersebut. Lebih lanjut, apakah semua proporsi dalam suatu bangunan dapat kita tangkap (dirasakan) dari suatu waktu yang sama. Di luar yang kelihatan hanya tampak, sedang yang di dalam yang kelihatan hanya tembok. Hal ini memberikan suatu kemungkinan bahwa kita dapat menggunakan proporsi berbeda dari bagian yang satu dengan bagian yang lain. Dari ruang pun bisa kita lihat, di antaranya: 1) panjang, lebar, dan tinggi; 2) lobang terhadap dinding; dan 3) massif dan transparan. Ini merupakan suatu ancang-ancang bahwa proporsi itu tidak perluabsolute, proporsi itu seyogyanya relative. Sebagai patokan untuk perancangan arsitektur dengan perbandingan bilangan 1:1,618.
The Golden section (Introduction to ARchitecture Mc Graw-Hill Book Company p.24)

Teori tempat dari Aristoteles
Generasi kedua setelah Plato adalah Aristoteles. Aristoteles mencoba mengemukakan mengenai ruang (topos), dengan memberikan lima karakteristik ruang di antaranya: 1) Suatu tempat adalah yang di kelilingi; 2) Tempat itu bukan bagian dari yang mengelilingi; 3) Tempat dari benda tak lebih kecil atau besar dari bendanya itu sendiri; 4) Tempat itu dapat dipisahkan atau ditinggalkan oleh benda itu; dan 5) Apakah tempat itu yang bergerak akhirnya akan berhenti pada suatu tempat, di mana ia berada. Teori d atas dalam perkembangannya mendapat tantangan besar setelah PD II. Teori tersebut direhabilitir. Salah satu tokoh yang memperkuat teori Aristoteles, adalah Kenzo Tange dari Jepang. Kenzo Tange mengakui pentingnya aspek yang abadi dari batas arsitektur meskipun persyaratan-persyaratan yang dibuat manusia berubah.

Divine space: The gothic light
Teori ini banyak dipengaruhi oleh teologi, terutama teologi nasrani yang mengembangkan gereja. Banyak mazhab yang ada yang paling menonjol adalah gothic light, yang penyelesaiannya banyak dipengaruhi oleh cahaya. Pada waktu itu, bangunan kepercayaan dipengaruhi berdasar penyelesaian idea yang tak teraba (immaterial). Penonjolan dari dari gaya gothic adalah interior yang kemudian dikenal dengan gothic interior – diaphanous structure.
Witelo, adalah seorang arsitek yang mengembangkan teori cahaya dan teori perspektif berdasarkan: adanya keremangan member suasana yang khususk. Beberapa batasan kwalitas dari suasana menurut Witelo, adalah: 1) Diaphanitas = transparan; 2) Densitas = kepekatan; 3)Obscuritas = kurang jelas; dan 4) Umbria = lebih kurang jelas.
Panofski, mengembangkan stein glass untuk teori transparannya. Ada filosofi gereja yang bertentangan dengan Witelo dan Panofski, yang dikenal dengan Agustinian Philosophy. Berpendapat bahwa, manifestasi Tuhan dalam ungkapan ruang adalah cahaya yang langsung. Tokon-tokoh tersebut di atas dalam mengembangkan teori estetisnya melalui penelitian gereja gothic. Teori tersebut dikembangkan karena keterbatasan kosmos.

Ketidak terbatasan ruang dalam alam semesta
Rene Descartes
 seorang tokoh dari teori ini mengatakan pendapatnya, De omnibus debutandum: there is only one certainty, namely the fact that one doubt, yang diartikan hanya ada satu kepastian, yakni kenyataan bahwa setiap orang merasa ragu. Dengan pendapat tersebut Rene Descartes membedakan antara conscience (cenderung banyak menyinggung soal moral) dancorporeal ( cenderung banyak menyinggung soal materi).
Isaac Newton, juga mengemukakan pendapatnya mengenai absolute space (space yang tidak dapat diraba, homogen dan terbatas) dan relative space (space yang dapat diukur menggunakan kordinat).
Louis Kahn, mengatakan pendapatnya mengenai arsitektur yang berkaitan dengan teori di atas ialah, arsitektur adalah sesuatu yang tak dapat diukur (immeasurable) menjadi sesuatu yang dapat diukur (measurable).
L. Moholy Magy seorang teoris dari Bauhaus dengan Kinetic Constructive System yang diambil dari hukum fisika mengatakan, bahwa space is the relation between the position of bodies (The New Vision, 1947).

Intuisi metafisika dan isi dari bagian-bagiannya
Teori ruang dari Kant banyak yang menolak di antaranya adalah Leibniz dan Hume. Mengenai ruang, Kant mengatakan ruang memaksa kita akan idea-idea yang sebenarnya nyata, dan tidak berdasarkan sasaran akhirnya. Hal ini akibat pengalaman dari luar. Jadi sebaiknya idea dari ruang sudah harus kita punyai. Kant juga memberikan satu rumusan tentang beauty atau keindahan, yaitu beauty only exists if it creates universal, necessary, and uninterested satisfaction and has purposeness without purpose. Keindahan ini juga dibedakan oleh Kant menjadi: free beauty (Pulchritudo Vaga) dan dependent beauty (Pulchritudo Adhaerens).
Hegel, menekankan bahwa form merupakan ekspresi dari contentContentnya adalah jiwa atau spirit. Di samping itu, Hegel juga membuat kategori dari art (seni): Arsitektur adalah seni yang paling rendah, karena arsitektur banyak menggunakan bahan. Sedangkan yang paling tinggi adalah poetry karena ia immaterial (tak bisa diraba). Para tokoh arsitek berpendapat; baik arsitektur, poetry atau apapun yang termasuk seni, adalah merupakan total work of art(Gesamkunst work).
Akhirnya, muncul mazhab dalam arsitektur di antaranya ExpressionismSuprematism,ConstructivismNeo-Plasticism dan Bauhaus School. Mereka akan membawa seni visualnya sendiri-sendiri termasuk arsitektur.
Intuisi metafisik dari Kant banyak yang menentang, namun pada hakekatnya teori ini dapat dipertahankan sekitar abad ke-17 dan ke-18.

Rangkaian kesatuan ruang = waktu
Teori ini didasarkan pada perkembangan ilmu yang tidak langsung menyinggung arsitektur, dan dikembangkan atas dasar teori relativitas. Dengan adanya teori ini konsep Newton mengenaiabsolute space mulai runtuh. Teori ini dikembangkan pada tahun 1918, maka pada tahun tersebut akan ditemukan teori-teori arsitektur baru.
Faraday dan Maxwell (ahli fisika), menghancurkan teori absolute space dengan The static three – dimensional concept of space yang diartikan sebagai, bahwa ruang ditentukan oleh tiga dimensi yang statis. (Herman Weyl, Space Time – Matter 1922)
Teori Albert Einstein mengenai ruang (space), adalah ruang itu mempunyai medan nyata, dan bukan suatu ruang yang kosong. Dengan demikian, beda konsep statis adalah panjang, lebar, tinggi + waktu (parameter 3 demensi). Space (median) ditambah dengan waktu, kalau kita perhatikan merupakan salah satu parameter yang sukar diukur. Sebagai contoh: Ruang ini 5 menit yang lalu kosong sekarang penuh, impact dan dampact yang lalu dan sekarang lain, volumenya juga lain. Konsep ruang dari Albert Einstein, ialah: 1) Konsep Aristoteles mengenai ruang adalah tempat; 2) Ruang merupakan isi dari seluruh materi benda; dan 3) Ruang mempunyai 4 medan dimensional.
Sampai saat ini teori space (ruang) belum berkembang, kenyataannya arsitektur pada sat ini scara simultan merupakan penggabungan dari tiga macam space. Maka dari itu, teori ini dimasukkan dalam continuum (rangkaian kesatuan). Hal ini merupakan tujuh dasar teori darispace, kalau kita percaya bahwa ruang adalah arsitektur, maka ketujuh teori ini adalah filosofinya. Perkembangan-perkembangan pemikiran daripada ruang yang berkembang di Prancis, Inggris, dan Jerman merupakan perkembangan falsafah yang didapat dari pengolahan ketujuh teori di atas.

Materialisme dan penggunaan 3 demensi ruang
Gottfried Semper, merupakan arsitek pertama yang mengakui bahwa bahan metal mempunyai potensi yang besar dalam arsitektur. Oleh karena itu, Gottfried Semper mencoba dalam ungkapan arsitektur menggunakan bahan-bahan yang telah ada (batu, kayu, baja, dan lain sebagainya), tetapi juga menggunakan textileceramictectonic, dan stereotomic. Dikatakan bahwa bahan bangunan utama yang selalu berlomba dalam ungkapan arsitektur, fleksibilitas dan lain sebagainya adalah kayu, baja, dan beton. Rumusan Gotffried Semper:
Y = F (x, y, z, etc)
Y = Total result (Arch)
F = fungction
x,y,z = variables.
Fungsi dari variabel yang ada dalam arsitektur termasuk komponen yang ada (bahan). Variable-variabel tersebut akan banyak dipengaruhi oleh bahan bangunan baru, oleh tujuan perancangan dan teknik pembangunan. Mengenai konsep ruang dari arsitektur, Gotffried Semper memperhatiakn adanya 3 demensi, ialah:
Arah sangat penting karena unsur di alam ini mempunyai arah sendiri-sendiri:

Jadi masing-masing mempunyai a fital force:
a force of growth
a force of movement
by Antariksa