GARASI
PARADIGMA ARSITEKTUR MITOLOGIS & KOSMOLOGIS
21OKT
Dalam kehidupan sehari-hari kita dengar istilah “paradigma”, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, atau bidang-bidang yang lain. Di dunia arsitektur pun istilah paradigma digunakan. Dan paradigma yang akan di bahas kali ini adalah tentang Paradigma Arsitektur Mitologis dan Kosmologis, maka ada baiknya jika kita ketahui lebih dahulu pengertian paradigma itu sendiri.
Paradigma adalah daftar seluruh bentukan suatu kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut; model ilmu pengetahuan, matriks; kerangka berfikir (Kamus Besar Indonesia Kontemporer).
Paradigma merupakan daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut; model dalam teori ilmu pengetahuan; kerangka berfikir (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Paradigma merupakan daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut; model dalam teori ilmu pengetahuan; kerangka berfikir (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Selain itu paradigma juga bias merupakan seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan dan yang sebagian berubah-ubah, misalkan semua unsur berikut membentuk paradigma: mengajar; mengajarkan; pengajar; berlayar; pelayaran; pengajaran; ajaran.
Setiap manusia pasti pernah mempertanyakan keberadaan dirinya dalam alam semesta ini. Mulai dari mengapa mereka ada di sini? Bagaimana asal mula mereka ada di sini? Bagaimana asal semua ini? Pertanyaan-pertanyaan ini, betapapun disampaikan dengan cara yang sederhana, akan mengandung nilai kosmologis yang sangat tinggi, karena pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat membawa kita pada kajian terperinci mengenai alam semesta.
Kosmologi berasal dari bahasa Yunani “cosmos” yang artinya alam semesta, dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Kosmologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mengupas lebih rinci tentang alam semesta, baik berupa struktur spesial, temporal dan komposisional alam semesta.
Kosmologis adalah berkenaan dengan kosmologi (teori tentang asal usul alam semesta); cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan teori alam semesta; cabang ilmu perbintangan yang berhubungan dengan teori alam semesta (Kamus Besar Indonesia Kontemporer).
Kosmologis adalah berkenaan dengan kosmologi (teori tentang asal usul alam semesta); cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan teori alam semesta; cabang ilmu perbintangan yang berhubungan dengan teori alam semesta (Kamus Besar Indonesia Kontemporer).
Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Kosmologi : jagad raya, alam semesta, alam dengan segala isinya (Kamus Umum Bahasa Indonesia).
Kosmologi : jagad raya, alam semesta, alam dengan segala isinya (Kamus Umum Bahasa Indonesia).
Kosmologi tidak pernah dapat diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena perpaduan dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan pengertian tentang kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang membawa semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu tetap bertahan, karena sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir demikian.
Kosmologi merupakan bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya kosmologi dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu. Jika menelusuri sejarah pemikiran manusia melalui lukisan gua-gua misalnya, maka sejak puluhan bahkan ratusan ribu tahun yang lalu sudah terlihat bahwa manusia terpaku oleh dunia yang dilihatnya sebagai tempat bekerja daya-daya alam yang serba rahasia dan diluar jangkauan kekuasaannya. Dalam buaian rasa takjub, manusia mencoba mengenali daya-daya itu. Mereka bahkan menghadirkan dalam bentuk tari-tarian atau patung-patung, lalu mencoba melawan melalui perbuatan magis. Namun ketika ternyata perbuatan-perbuatan itu tidak juga membawa kekuatan untuk mengatasi kekuatan gaib yang mengkungkungnya, manusia beralih pada keyakinan bahwa dalam alam memang ada ruh-ruh halus yang berprilaku dan bertindak dengan emosi seperti manusia namun jauh lebih berkuasa. Kekuatan ruh halus itu lalu merembes kedalam pohon, air, gunung, angin, petir serta seluruh alam, yang dikala riang menjelma menjadi daya-daya yang membawa anugerah untuk manusia, namun dikala murka maka akan menimbulkan bencana.
Di Jawa Tengah, disamping metode Feng Shui nilai rancang banguna perlu dicocokkan dengan rumus Petung Pakuwon, yaitu kosmologi Jawa, Angsar atau Kawruh Kalang, yaitu tata-nilai mistis arsitektur Jawa. Bersamaan dengan maraknya Feng Shui dan Hong Shui, marak pula masyarakat yang mempelajari daya prana tubuh manusia dalam bentuk olah raga tenaga dalam. Bagi yang mempelajari kosmologi kuno menganggap bahwa bumi dan angkasa memiliki daya prana atau energi gaib. Arsitektur sebagai lingkungan ciptaan manusia dianggap perlu berkontekstualisasi dengan fenomena alam tersebut.
Secara umum Keraton Yogyakarta adalah bagian mata rantai kesinambungan pembanguan keraton-keraton di Jawa, sehingga terdapat keterkaitan tipologis yang mengaitkan Keraton Yogyakarta dengan tata fisik Keraton Jawa sebelumnya, bahkan pada skala yang lebih luas terdapat keterkaitan tipologis dengan istana-istana di Asia Tenggara pada masa sebelumnya.
Kesamaan tipologi ini terjadi karena adanya latar belakang tentang persepsi kosmologis yang sama, mewarisi tradisi Hindu tentang “Jagad Purnama” yang berpusat pada suatu bentuk benua bundar “Jambudwipa” yang dikelilingi tujuh lapis darat dan samudra. Pada benua terdapat Gunung Mahameru tempat para dewa bersemayam dan bersemedi. Untuk menjaga keselarasan jagad, maka lingkungan binaan pun disusun secara kosentrik, membentuk istana replika jagad tersebut.
Sebelum berbicara lebih jauh tentang mitologis, ada baiknya jika dikupas terlebih dahulu definisi dari mitologis. Kata mitologis ini juga berasal dari bahasa Yunani “mitos” yang artinya kepercayaan dan ”logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi yang dimaksud dengan Mitologis adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang kepercayaan.
Menurut pengertian secara mendasar, mitologis adalah suatu yang mempunyai kecocokan dengan mitologi (ilmu tentang kesusastraan yang berisikan tentang cerita para dewa atau makhluk halus lainnya pada suatu kebudayaan) (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer).
Mitologis adalah sesuai dengan atau bersifat mitologi (ilmu tentang benmtuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Mitologi merupakan pengetahuan yang menyangkut dewa-dewa atau tokoh-tokoh dalam cerita dongeng; pengetahuan tentang mitos; cerita tentang dewa-dewa yang berhubungan dengan bermacam-macam kekuatan gaib (Kamus Umum Bahasa Indonesia).
Mitologis adalah sesuai dengan atau bersifat mitologi (ilmu tentang benmtuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Mitologi merupakan pengetahuan yang menyangkut dewa-dewa atau tokoh-tokoh dalam cerita dongeng; pengetahuan tentang mitos; cerita tentang dewa-dewa yang berhubungan dengan bermacam-macam kekuatan gaib (Kamus Umum Bahasa Indonesia).
Asal usul segala kejadian mulai dijelaskan secara runtut melalui mitos. Mitos bisa dikatakan sebagai upaya awal manusia untuk menjelaskan secara sistematis gejala-gejala yang ada di alam, dan para kosmolog sering menyebut bahwa mitologi sebagai kosmologis pra-ilmu.
Mengapa terjadi peralihan dari alam semesta megis ke alam semesta mitos? Antropolog James Frazer dalam bukunya The Golden Bouh: A Study In Magic and Religion (1922) yang juga dikutp oleh Harrison (1981) menyatakan dugaannya bahwa pertumbuhan pengetahuan di kalangan manusia primitif menyebabkan mereka menyadari dengan jernih kemaha halusan alam dan ketidakberdayaan manusia yang kecil didalamnya. Pengenalan terhadap ketidakberdayaan ini memperkuat keyakinan akan adanya kekuatan dasyat supernatural yang telah mampu mengontrol mesin raksasa alam. Maka dari itu walaupun tidak memberi informasi tentang daya-daya alam, mitos. Seperti yang telah dikatakan Ven Peursen dalam Strategi Kebudayaan (1988), menyadarkan manusia akan adanya kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos membantu manusia untuk menghayati daya-daya itu sebagai daya yang mempengaruhi dan menguasai seluruh alam termasuh kehidupan manusia. Mitos menjadi perantara antara manusia dengan daya-daya alam, lewat mitos manusia seolah-olah mendapatkan jaminan bahwa hari ini akan berlalu sesuai dengan yang sudah dikisahkan dalam mitos. Melalui mitos pula manusia memperoleh keterangan-keterangan tentang dunia yang dihuninya.
Betapapun alam semesta mitologi dikuasai oleh para dewa dewi, sebetulnya alam semesta mitologi adalah alam semesta yang mengabdi dan berpusat pada manusia. Betapapun dasyatnya kekuatan para dewa dewi, mereka semua bertugas melindungi dan melayani manusia. Alam semesta ini antroposentris, alam semesta di bangun di sekitar manusia dan di sekitar seluruh kegiatannya yang mengambil tempat di pusat alam semesta.
Cerita tentang mitologi juga dapat dijumpai di daerah Jawa. Dalam pandangan orang Jawa rumah dipandang sebagai suatu hal yang sangat penting. Karena itu, segala sesuatu yang berkenaan dengan perwujudan rumah senantiasa dirancang dan diperlakukan dengan menggunakan aturan atau pedoman tertentu yang mencerminkan tentang pandangan tersebut.
Menurut tata cara tradisional Jawa ada anggapan bahwa antara rumah, tanah dan manusia penghuninya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Orang merasa bersatu dengan rumah dan tanah tempat berdirinya, serta sekaligus merasa bersatu dengan desa tempat menetapnya.
Perasaan kesatuan yang demikian ini menyebabkan rasa aman dan tentram bagi penghuninya. Atas dasar ini, maka orang Jawa menganggap seolah-olah merupakan perwujudan badan jasmaninya, sementara manusia penghuninya merupakan wujud jiwanya, sehingga rumah adalah bagian penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu untuk mendirikan bangunan rumah orang harus memperhatikan benar persyaratannya agar tidak mendatangkan balak atau bahaya bagi para penghuninya kelak.
Seperti halnya bangsa Cina, orang Jawa percaya bahwa arah menghadap rumah memiliki pengaruh atau dapat membawa keberuntungan atau kesialan dalam hidupnya dan juga keluarganya.
Pada jaman dahulu dalam masyarakat Jawa hampir tidak dijumpai rumah menghadap ke barat dan demikian pula halnya yang menghadap ke arah timur. Rumah orang biasa (masyarakat umum, bukan bangsawan) pada umumnya menghadap ke arah utara atau selatan. Sedangkan arah menghadap timur khusus dipergunakan untuk keraton.
Setiap arah mata angin dipercayai ditunggu oleh dewa, dan oleh karena itu ada makna simbolis tertentu penentuan arah menghadap rumah berdasarkan empat mata angin.
Keempat arah mata angin yang dijag aoleh dewa tersebut adalah:
1.timur ditunggui oleh Maha Dewa,
2.barat di tunggui oleh Batara Yamadipati,
3.utara di tunggui oleh Batara Wisnu, dan
4.selatan di tunggui oleh Batara Brahma.
Keempat arah mata angin yang dijag aoleh dewa tersebut adalah:
1.timur ditunggui oleh Maha Dewa,
2.barat di tunggui oleh Batara Yamadipati,
3.utara di tunggui oleh Batara Wisnu, dan
4.selatan di tunggui oleh Batara Brahma.
Dalam mitologi Jawa, Batara Yamadipati adalah dewa kematiaan. Sehingga bagi orang yang mempercayai, arah menghadap ke barat harus di hindari karena secara simbolik berarti sama dengan mengharap kematian.
Adapun cara menentukan arah menghadap rumah adalah dengan menjumlah neptu (hitungan) hari kelahiran dan pasaran orang yang membangun rumah,misalnya:
- Sri dibagi 5 bersisakan 1 kaki pemilik (5n+1),biasanya dipakai untuk griya dalam.Sri berarti pangan atau harta benda , kebahagiaan dan terang. Jadi bila perhitungan jatuh pada Sri maka penghuni rumah tidak akan kekurangan.
- Kitri dibagi 5 bersisakan 2 kaki pemilik (5n+2) biasanya digunakn pada bangunan pendopo.Kitri berarti tanaman,pengayoman ,keteduhan.
- Gana dibagi 5 bersisakan 3 kaki pemilik (5n+3) biasanya digunakan pada bangunan gandhok.Gana artinya lain-lain atau wujud,tentang kekayaan pemilik.
- Liyu artinya lesu ,lanjut.Jika perhitungan jatuh pada Liyu ini maka akan membuat orang yang memasuki rumah tersebut akan merasa lesu.
- Pokah artinya pecah. Agar bangunan terisi parang penuh , sehingga tempat menjadi pecah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar