Welcome To My Imajination

Selamat Datang di Dunia 3Dimensi
Terima Kasih Sudah Berkunjung Saya berharap Blog ini bisa tampil lebih baik lagi tentunya harapan itu merupakan harapan kita semua.. karna itu saya butuh Masukan, Kritikan dan Saran dari teman-teman semua untuk memaksimalkan isi blog ini, sekali lagi Selamat Berkunjung semoga blog ini bermanfaat bagi anda...
@ Creat: By Abank.

Senin, 24 September 2012

Design Green Architecture

GARASI
Prinsip Prinsip konstruksi Rumah Tahan Gempa
Berdasarkan penyelidikan akibat gempa menunjukkan pentingnya 
denah bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan 
gaya horisontal yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya 
gempa Iebih baik karena kurangnya efek torsi dan kekekuatannya yang 
lebih merata.

Bentuk suatu bangunan dalam suatu perencanaan “bangunan Tahan 
Gempa” pada dasarnya akan mempengaruhi hal hal sebagai berikut :
·         Tingkat kesulitan dalam perencanaan dan analisa
·         Perilaku bangunan saan dilanda gempa

Tingkat kesulitan dalam perencanaan, terutama bentuk bangunan yang 
tidak teratur ( tidak simetris ), memerlukan proses analisa dinamis dan 
sangat sulit menentukan perilaku bangunan disaat gempa mengguncang.

Struktur-struktur dengan bentuk yang sederhana dan simetris mempunyai
ketahanan yang paling baik terhadap gempa

2. Bahan bangunan harus seringan mungkin

Hal ini dikarenakan besarnya beban inersia gempa adalah sebanding 
dengan berat bahan bangunan.

Sebagai contoh penutup atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan 
beban gempa horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh 
penutup atap seng diatas kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan 
dinding bata menghasiIkan beban gempa sebesar 15 x beban gempa yang 
dihasilkan oleh dinding kayu.  Di negara jepang yang terkenal dengan daerah 
gempa, mereka menggunakan material kertas dan bambu sebagai struktur 
utama, hal ini karena material tersebut mamiliki bobot yang cukup ringan
bila di bandingkan dengan material yang lainya.

3. Sistim konstruksi penahan beban harus memadai    

    3.1. Ssistem konstruksi pondasi
Struktur pondasi berperanan penting untuk memindahkan beban gempa 
dari dinding ke 
tanah. Sangat sederhana membuat fondasi rumah, namun fondasi yang 
kuat memerlukan pengetahuan yang cukup sehingga fondasi bangunan 
yang baik haruslah kokoh menyokong beban dan tahan terhadap perubahan 
termasuk getaran.

 
pondasi harus dapat menahan dan menyalurkan gaya tarik vertikal dan 
gaya tekan dari dinding. Pondasi memindahkan gaya-gaya datar tersebut
ke pada tanah yang ditahan oleh daya dukung tanah dan tekanan tanah
lateral.

Pondasi disini menggunakan pondasi batu kali setempat, yaitu pada sudut 
sudut bangunan sebagai tempat menumpunua srtuktur atap dan srtuktur 
bangunan yang lain. Penempatan pondasi.

seperti ini bertujuan agar ketika terjadi goncangan dan perbedaan kekuatan 
tanah yang mendukung  maka pondasi tersebut akan bergerak mandiri, 
tidak akan saling mempengaruhi antara pondasi yang satu dengan yang 
lainya yang akan mengakibatkan patahan pada struktur pondasi. Penempatan 
fondasi juga perlu diperhatikan kondisi batuan dasarnya.Pada dasarnya 
fondasi yang baik adalah seimbang atau simetris.

3.2. Sistem Konstruksi Dinding

Konstruksi dinding rumah tahan gempa ini tidak menggunakan material 
batu bata tetapi menggunakan material kayu. Material kayu adalah material 
yang cukup  tepat digunakan untuk konstruksi kerangka dinding, selain lebih 
ringan dan mudah dalam pemasangan kayu juga memiliki tingkat elastisitas 
yang cukup tinggi, sehingga sangat baik digunakan untuk konstruksi rumah
tahan gempa. Kayu yang digunakan adalah kayu kayu yang banyak dipasaran 
misalnya ukuran 6/12, 8/15.

Untuk penutup dinding menggunakan bilik dilapisi dengan multiplek agar 
angin tidak masuk kedalam ruangan, sedangkan untuk penutup dinding 
daerah basah dan dapur menggunakan teknologi beton, yang kemudian 
dilapisi oleh keramik. Kemungkinan lain untuk memperkaku dinding adalah 
sistim diafragma dengan menggunakan plywood, particle board atau 
sejenisnya, atau pengaku diagonal kayu untuk dinding bilik. Selain itu untuk
Sistem cross bracing (perkuatan silang) untuk dinding dan konstruksi panggung 
dibawah rumah berfungsi untuk memperkuat dan memperkokoh bangunan 
pada bangunan kayu.

Untuk memenuhi persyaratan keawetan kayu, maka kayu yang digunakan 
harus kayu kualitas 1 yang tahan terhadap iklim, sudah cukup umur, sudah 
direndam serta sudah di lapisi cairan anti rayap.

3.3. Sistem Konstruksi Atap
Berikut ini adalah beberapa fungsi atap yang lebih khusus (spesifik):
·         menerima beban oleh bobot sendiri, yaitu beban kuda-kuda dan bahan 
pelapis berarah vertikal kemudian meneruskannya pada kolom dan pondasi
·         menahan tekanan angin muatan yang berarah horizontal pada gevel
·         menerima panas oleh sinar matahari dan menahan suhu agar tetap 
dingin di ruang bawah  atap dan menyerap panas tersebut hal ini terdapat 
pada konsep dalamkonsep arsitektur tropis
·         menghindari masuknya air hujan


Pada konstruksi atap rumah tahan Gempa, Kuda-kuda menggunakan 
material kayu dengan penutup atap menggunakan genteng metal yang 
cukup ringan. Untuk memperkuat hubungan antara batang dan menjaga 
stabilitasnya, maka Konstruksi kuda kuda yang dipergunakan adalah 
konstruksi kuda kuda dengan bentuk segitiga yang menerus hingga 
menumpu pada pondasi. Bentuk tersebut sangat cocok ditempatkan 
di lahan gempa,

Mengapa menerus sampai pondasi? Hal ini bertujuan agar bentukan 
rumah memiliki bentuk segitiga seutuhnya tanpa ada bidang Vertikan 
yang  memungkinkan terjadinya gaya torsi yang lebih besar jika terjadi 
gempa. Selain itu konstruksi atap tidak membebani konstruksi dinding 
yang ada di bawahnya karena tumpuan atap langsung menumpu pada 
pondasi setempat.

Segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil.  Bidang Vertikal seperti 
dinding dan kolom berada di dalam bidang segi tiga yang berfungsi 
memperkuat konstruksi kuda kuda tersebut.  Beberapa aspek yang 
perlu diperhatikan adalah sambungan antar batang horisontal jangan 
terletak pada titik buhul, hal ini untuk menghindari terjadinya lendutan, 
sambungan harus ditempatkan antara sambungan tarik dan sambungan 
tekan.

3.4. Sistem Konstruksi Lantai Panggung

Lantai panggung banyak mengadopsi dari konsep konsep rumah tradisional 
karena lantai panggung dinilai lebih kuat menahan gaya lateral yang 
ditimbulkan oleh pergerakan tanah,

Selain itu rumah panggung bertujuan untuk menjaga keawetan material, 
karena pada rumah panggung material kayu tidak kontak langsung 
dengan tanah, dan mencegah masuknya air ketika terjadi mujan deras 
dan banjir

Bila dikaitkan dengan rumah yang berwawasan lingkungan, maka rumah 
panggung berpotensi menjaga lahan hijau dan permukaan tanah sebagai 
daerah serapan air.



MATEMATIKA PADA UKIRAN RUMAH GADANG MINANGKABAU

GARASI


Pernahkah perhatikan bentuk rumah gadang Minangkabau? Bentuk rumah Gadang Minangkabau yang khas, mempunyai jumlah gonjong yang ganjil, terbuat dari kayu yang dibagian luarnya di ukir dengan berbagai macam bentuk ukiran Minangkabau, menambah ciri khas dari Rumah Adat Sumatra Barat ini.

Ketika melihat rumah gadang Minangkabau yang terbayang rumah dengan artistic yang tinggi penuh dengan ukiran disekeliling dindingnya dan mempunyai nilai sejarah. Masing-masing ukiran mempunyai nama tersendiri dan mempunyai makna.

Falsafah atau pandangan hidup masyarakat adat Minangkabau adalah “adat basandi syarak syarak basandi kitabullah” (ABS-SBK) “syarak mangato, adat mamakai, alam takambang jadi guru”
Dalam hal ini akal dan budi, keluasan perasaan budi sangat berperan, “manusia tahan kieh, binatang tahan lacuik, kilek baliung alah ka kaki, kilek kaco alah kamuko, tagisia lah labiah bak kanai, tasinggung labiah bak jadi”. Pepatah tersebut menuntut kearifan dan kebijaksanaan manusia dalam berkata bertindak dan bekerja. Sehingga disebut pula dalam adat “nan bagarih babalabeh” sebagai hasil kearif bijaksanaan tersebut terukir dalam bentuk ukiran Minangkabau.
Adapun nama-nama ukiran yang terdapat di sekitar Rumah Gadang :
PADA LINGKUNGAN ANJUANG RUMAH
Jenis atau Ragam Ukiran :
1. Saluak Laka
2. Labah Mangirok
3. Kalalawa Bagayuik
4. Salimpat
5. Tatandu Manyasok Bungo
6. Itiak Pulang Patang
7. Tangguak Lamah
8. Lumuik Hanyuik
9. Pesong Aia Babuih
10. Tupai Managun
PADA BADAN RUMAH
Jenis atau Ragam Ukiran :
1. Pisang Sasikek
2. Aka Cino Sagagang Duo Gagang
3. Ukir Tirai
4. Sikambang Manih
5. Kudo Manyipak
6. Takuak Kudo Basipak
7. Saluak Laka
8. Salimpat
9. Aka Barayun
10. Kuciang Lalok
11. Pesong Aia Babuih
12. Saluak Laka
PADA TEMPAT-TEMPAT YANG UMUM LAINNYA
Jenis atau Ragam Ukiran :
1. Tantadu Manyasok Bungo
2. Itiak Pulang Patang
3. Aka Barayun
4. Aka Duo Gagang
5. Lapiah Batang Jarami
6. Tupai Managun
7. Kalalawa Bagayuik
8. Siku Kalalawa
9. Bada Mudiak
10. Buah Palo Bapatah
11. Bungo Mangarang Buah
12. Paruah Anggang
13. Jalo Takaka/Taserak
14. Kaluak Paku
15. Aka Cino
16. Saik Galamai
17. Kuciang Lalok
18. Lumuik Hanyuik
19. Pucuak Rabuang
20. Tampuak Manggih
21. Labah Mangirok
22. Lumuik Hanyuik/Aka Barayun
23. Alang Babega
24. Itiak Pulang Patang
25. Daun Bodi
26. Aka Cino
27. Sajamba Makan
28. Carano Kanso
29. Siriah Gadang
Pernahkah kita perhatikan ada matematika pada setiap ukiran ini???
Susunan dan keteraturan setiap motif ukiran pada dinding rumah Gadang mengisyaratkan bahwa masyarakat Minangkabau sejak dahulu kala telah mengenal matematika. Bentuk ukiran yang bermacam-macam merupakan gabungan dari berbagai macam bangun datar
Misalnya :
Ukiran kaluak Paku, jika diperhatikan susunannya berasal dari lingkaran yang disusun yang secara sistematis.
Ukiran Saik Galamai, jika diperhatikan susunannya berasal dari belah ketupat yang dirangkai
Jika diamati lagi, rancangan pertama pada setiap ukiran ini merupakan gabungan dari bangun datar yang ditarik garik lurus. Sudut pada setiap model ukiran juga diperhatikan dengan ukuran yang sama.
Ini merupakan bukti sejarah bahwa masyarakat Minangkabau sejak dahulu kala telah mengenal susunan yang teratur sebagai bentuk aplikasi dari Matematika. Dari sebuah ukiran saja telah banyak materi matematika yang terkait diantaranya bangun datar, garis, sudut serta barisan dan deret sebagai bentuk keteraturan pola.
Ayoo teman-teman silahkan gali lagi budaya lokal yang mengandung unsur matematika.

Filosofi Rumah Gadang (Rumah Adat Minangkabau)

GARASI


Rumah Gadang

Rumag Gadang
Apa yangkita bang­gakan dengan ru­mah gadang sekarang ini? Tergilas dengan rumah bergaya arsi­tektur mo­dern baik dari bentuk dan fungsinya. Rumah yang terpakai kadang kala sebagai pertanda dan “hiasan” kalau kita itu memang orang Mi­nang. Fungsinya kadang kala merana tak menyentuh hakekat kehidupan masyarakat Minangkabau yang konon katanya berfal­safah alam takambang jadi guru itu.
Sebab secara hakekatnya dari rumah gadang tersebut baik dari  gaya seni bina, pembinaan, hiasan bagian dalam dan luar dan fungsi rumah merupakan aktualisasi falsafah hidup orang Minangkabau ter­sebut. Walaupun demikian kitapun tak bisa mena­fikan di beberapa daerah yang masih kental adat dan budaya dan memfungsikan rumah gadang dalam kehidupannya de­ngan baik.
Bahkan ada yang masih terawat dengan baik dan berdiri dengan megahnya. Deretan rumah gadang tersebut dapat kita jumpai misalnya di Kabupaten Solok Selatan yang dijuluki dengan seribu rumah gadang, jejeran rumah gadang di Kota Solok dan Kabupaten Solok, Kabupaten Dharmasraya dan beberapa daerah lainnya di Propinsi Sumatera Barat.
Disigi dari filosofinya, rumah gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena bentuknya yang besar melainkan fungsinya yang gadang. Ini ternukil dalam ungkapan yang sering kita dengan bila tetua-tetua adat membicarakan masalah rumah gadang tersebut.
Rumah Gadang basa batuah, Tiang banamo kato hakikat, Pintunyo banamo dalil kiasan, Banduanyo sambah-manyambah, Bajanjang naik batanggo turun, Dindiangnyo panutuik malu, Biliak­nyo aluang bunian
Dari ungkapan tersebut sesung­guh­nya dapat kita pahami bahwa fung­si rumah gadang tersebut me­nyelingkupi bagian keseluruhan ke­hi­dupan orang Minangkabau itu sen­diri sehari-hari, baik sebagai tem­pat kediaman keluarga dan me­rawat ke­luarga, pusat melaksa­na­kan ber­bagai upacara, sebagai tem­pat ting­gal bersama keluarga dan inipun di­atur dimana tempat pe­rempuan yang sudah berkeluarga dan yang be­lum,  sebagai tempat ber­mufakat, ru­mah gadang merupa­kan ba­ngun­an pusat dari seluruh ang­gota ka­um dalam membicarakan ma­sa­lah mereka bersama dalam se­buah suku, kaum maupun nagari  dan sebagainya. Memang sebuah fung­­sional dari rumah gadang tersebut bila kita pahami dengan baik.
Sekarang pertanyaan kita adalah apakah fungsi rumah gadang tersebut memang seperti itu adanya sekarang ?. Memang sulit untuk menjawabnya, namun jamak terjadi di daerah kita akan terjadinya degredasi dalam memfungsikan rumah gadang tersebut dalam kehidupan orang Minangkabau itu sendiri.
Berbagai persoalan yang muncul, mulai dari tingkat suku, kaum dan nagari kadang kala tak mengin­dahkan fungsi rumah gadang terse­but. Contoh kecil saja kita sebut, persoalan tanah yang sampai ke­tingkat pengadilan marupakan keti­dakmampuan kita memahami dari fungsi rumah gadang itu sendiri. Tidakkah ada pepatah Minangkabau yang menyebutkan bahwa “bulek aie dek pambuluah-bulek kato dek mupakat, Aie batitisan batuang-bana bana batatasan urang, Bajanjang naiek-batanggo turun” Ini dimu­syawarahkan dan dimufakatkan di rumah gadang sebetulnya. Namun kita lebih senang mengutamakan pemecahannya ke pengadilan dari pada ke rumah gadang tersebut. Tidakkah ada rumah gadang yang akan menyelesaikannya?
Dari perspektif sejarah, peme­rintah Kolonial Belanda sudah mewanti-wanti untuk memfungsikan hal tersebut dan menawarkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan di nagari dengan adatnya.  Pada 1930-an, bahkan menjadi praktek umum pengadilan bahwa perselisihan-perselisihan kaum, tidak diterima oleh pengadilan kecuali pihak-pihak yang berperkara telah memperoleh keputusan dari pemangku adat sebelumnya, secara implisit yakni fungsi rumah gadang tersebut (Guyt, 1934 : 134) Pada 1935, sejenis “peradilan kampung” secara resmi diterapkan oleh pemerintah kolonial. Sebuah ordonansi yang meng­amandemen Rechtsreglement voor de Buitenggewesten, R.B.G., disahkan dan dinyatakan bahwa : “Tindakan-tindakan hukum, dimana para hakim dari komunitas-komunitas yang lebih kecil harus membuat pertimbangan menurut hukum adat, tunduk kepada pertimbangan tersebut”. Bahkan lembaga-lembaga adat yang baru mendapat pengakuan itu mendapat status hakim perdamaian. Pribumi tidak dihalangi untuk menyampaikan perkara mereka ke pengadilan-pengadilan Belanda. Namun, distrikts­gerechten harus menerangkan kepada mereka apakah “peradilan kampung” itu telah memberikan keputusan dalam kasus tersebut, dan jika demikian, apakah mereka wajib mempertimbangkan keputusan tersebut
Beckman (2000) menulis bahwa se­jak kemerdekaan Hindia Belanda ta­hun 1945 situasi majemuk itu pada da­sarnya tidak berubah. Peraturan yang terkandung di dalam Pasal 163 dan 131. I.S misalnya pada umumnya te­tap berlaku dan tetap diterapkan di Pengadilan Negeri di Minangkabau ma­sa itu. Pasal 163 I.S (Indische Staatregeling) menetapkan siapa yang ter­golong kedalam kelompok pendu­duk yang mana, dan pasal 131 me­ngatur undang-undang mana yang ha­rus diterapkan untuk kelompok-ke­lompok penduduk tertentu. Begi­tu­lah nuansa bagaimana kekuatan adat diutamakan, walaupun dominasi hu­kum barat juga menyentuh kehi­dup­an masyarakat kita saat itu. Na­mun untuk kearah itu sudah dimu­lainya.
Begitu juga dengan hiasan di depannya yakni rangkiang.  Tidak lagi menyentuh dan difungsikan dalam kehidupan kita. Cermati saja kejadian gizi buruk. Gizi buruk tak akan terjadi bila kita memahami roh rangkiang yang berdiri megah di depan rumah dagang. Kalau kita pahami prinsip roh filosofi rangkiang tersebut, setiap keluarga akan dihiasi rumahnya dengan peralatan yang memberi manfaat dan berguna dari sudut duniawi.
Kenapa tidak, untuk membeli barang-barang tersebut-terutama barang-barang yang berupa keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibikin sendiri telah ada rangkiang si tinjau lauik untuk membelinya. Begitu juga keperluan makan sehari-hari, sudah ada rangkiang si bayau-bayau. Kemudian ketika terjadi musim paceklik, maka untuk menga­tasinya sudah ada rangkiang si tanggung lapa. Dengan adanya rangkiang ini telah mewaspadai kita untuk tidak terjadinya kelaparan di kemudian hari-sebab dalam rang­kiang si tanggung lapa telah disiapkan cadangan padi.
Terakhir, pembenihan untuk ditanam setelah panen juga telah disiapkan dengan adanya rangkiang kaciak. Nah, sekarang sebetulnya menurut filosofinya di negeri kita ini tidak mengenal yang namanya gizi buruk, kelaparan, pinjam sini pinjam sana (ngutang) dan lain sebagainya. Rangkiang tidak lagi menjiwai dan dijiwai oleh masyarakat kita hari ini! (Undri, Haluan, Senin, 21 Maret 2011).
Ironinya ketika gempa dahsyat terjadi banyak para arsitek menya­rankan pembuatan rumah kede­pannya dengan mencontoh pola arsitekturnya yang ada pada rumah gadang. Argumentasinya adalah bahwa rangkaian dari arsitektur rumah gadang sangat kokoh dan bila terjadi gempa akan dapat memi­nimalisir terjadi kerusakan. Rumah gadang yang lagi di-gadangkan. Seakan-akan kita baliak lagi apabila dirasa perlu dan bila tidak perlu ditinggalkan. Itulah nasibnya rumah gadang sekarang ini.
Kedepan, memfungsikan rumah gadang dengan ke-gadangan-nya merupakan sebuah keharusan supaya kita tak tergilas dengan gilasan arus global dan modernisasi yang serta merta membuat kita akan terbawa arus jua. Segenap kita bergandengan tangan untuk mewujudkan ini.
Sumber: Harian Haluan, April 2011

RUMAH GADANG

GARASI


Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.


Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.

FUNGSI
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.

Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.

Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang.

Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.

ARSITEKTUR
Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng.

Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang. Dari bagian dari depan Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan, dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya masyarakat setempat.

Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.


SEJARAH BENTUK ATAP

Bentuk atap rumah gadang yang seperti tanduk kerbau sering dihubungkan dengan cerita Tambo Alam Minangkabau. Cerita tersebut tentang kemenangan orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa.

Bentuk-bentuk menyerupai tanduk kerbau sangat umum digunakan orang Minangkabau, baik sebagai simbol atau pada perhiasan. Salah satunya pada pakaian adat, yaitu tingkuluak tanduak (tengkuluk tanduk) untuk Bundo Kanduang.

Asal-usul bentuk rumah gadang juga sering dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek moyang Minangkabau. Konon kabarnya, bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang menyerupai tubuh kapal adalah meniru bentuk perahu nenek moyang Minangkabau pada masa dahulu. Perahu nenek moyang ini dikenal dengan sebutan lancang.

Menurut cerita, lancang nenek moyang ini semula berlayar menuju hulu Batang Kampar. Setelah sampai di suatu daerah, para penumpang dan awak kapal naik ke darat. Lancang ini juga ikut ditarik ke darat agar tidak lapuk oleh air sungai.

Lancang kemudian ditopang dengan kayu-kayu agar berdiri dengan kuat. Lalu, lancang itu diberi atap dengan menggantungkan layarnya pada tali yang dikaitkan pada tiang lancang tersebut. Selanjutnya, karena layar yang menggantung sangat berat, tali-talinya membentuk lengkungan yang menyerupai gonjong. Lancang ini menjadi tempat hunian buat sementara. Selanjutnya, para penumpang perahu tersebut membuat rumah tempat tinggal yang menyerupai lancang tersebut. Setelah para nenek moyang orang Minangkabau ini menyebar, bentuk lancang yang bergonjong terus dijadikan sebagai ciri khas bentuk rumah mereka. Dengan adanya ciri khas ini, sesama mereka bahkan keturunannya menjadi lebih mudah untuk saling mengenali. Mereka akan mudah mengetahui bahwa rumah yang memiliki gonjong adalah milik kerabat mereka yang berasal dari lancang yang sama mendarat di pinggir Batang Kampar.

BAGIAN DALAM

Rumah adat Minangkabau dinamakan rumah gadang adalah karena ukuran rumah ini memang besar. Besar dalam bahasa Minangkabau adalah gadarig. Jadi, rumah gadang artinya adalah rumah yang besar. Bagian dalam rumah gadang merupakan ruangan lepas, kecuali kamar tidur. Ruangan lepas ini merupakan ruang utama yang terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang rumah gadang berbanjar dari muka ke belakang atau dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang mbnandai lanjar, sedangkan tiang dari kini ke kanan menandai ruang. Jadi, yang disebut lanjar adalah ruangan dari depan ke belakang. Ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang.

Jumlah lanjar tergantung pada besar rumah. Biasanya jumlah lanjar adalah dua, tiga clan empat. Jumlah ruangan biasanya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas. Ukuran rumah gadang tergantung kepada jumlah lanjarnya.

Sebagai rumah yang besar, maka di dalam rumah gadang itu terdapat bagian-bagian yang mempunyai fungsi khusus. Bagian lain dari rumah gadang adalah bagian di bawah lantai. Bagian ini disebut kolong dari rumah gadang. Kolong rumah gadang cukup tinggi dan luas. Kolong ini biasanya dijadikan sebagai gudang alat-alat pertanian atau dijadikan sebagai tempat perempuan bertenun. Seluruh bagian kolong ini ditutup dengan ruyung yang berkisi-kisi jarang.

Dinding rumah gadang terbuat dari kayu, kecuali bagian belakang yang dari bambu. Dinding papan dipasang vertikal. Pada setiap sambungan papan diberi bingkai. Semua papan tersebut dipenuhi dengan ukiran. Kadang-kadang tiang yang ada di dalam juga diukir. Sehingga, ukirang merupakan hiasan yang dominan dalam bangunan rumah gadang Minangkabau. Ukiran disini tidak dikaitkan dengan kepercayaan yang bersifat sakral, tetapi hanya sebagai karya seni yang bernilai hiasan.Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari bahan papan, sedangkan bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding dipasang vertikal, sementara semua papan yang menjadi dinding dan menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding Rumah Gadang.

UKIRANPada dasarnya ukiran pada Rumah Gadang merupakan ragam hias pengisi bidang dalam bentuk garis melingkar atau persegi. Motifnya umumnya tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah. Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah.

Disamping motif akar, motif lain yang dijumpai adalah motif geometri bersegi tiga, empat dan genjang. Motif daun, bunga atau buah dapat juga diukir tersendiri atau secara berjajaran. (wikipedia/foto:istimewa)
Sumber : baralekdi.blogspot
<small><a href='http://sipulud.blogspot.com/2012/07/rumah-gadang.html'target='_blank'><strong><i>Sumber</i></strong></a></small>

Konsep Arsitektur Tropis - disertai artikel dalam Koran Sindo

GARASI


Konsep Arsitektur Tropis - disertai artikel dalam Koran Sindo

Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada tingkat kenyamanan berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam rumah, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis.

Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat; sebagai penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.


diatas, adalah dua contoh penerapan arsitektur tropis. Yang satu dengan budget pembangunan yang cukup besar, dengan material pilihan yang diekspos, yang lainnya lebih sederhana dengan budget lebih kecil, namun sudah memiliki konsep arsitektur tropis.

Jumat, 21 September 2012

Tadao Ando dan Dialog dengan Arsitektur Masa Lalu

GARASI



Tadao Ando dilahirkan tahun 1941 di Osaka, Jepang. Tumbuh besar di kota yang baru pulih dari perang itu, Ando lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia dibesarkan oleh neneknya, yang bernama ‘Ando’. Di usia 10-17 tahun, Ando bekerja pada seorang tukang kayu, dimana ia belajar untuk mengolah kayu dan membuat model-model pesawat dan kapal. Ando memiliki cara belajar yang tidak biasa. Katanya,”Aku bukanlah pelajar yang baik. Aku lebih suka membuat kelas sendiri di luar sekolah. Saat beruisa 18 tahun, aku mulai mengunjungi kuil-kuil dan ‘tea house’ di sekitar Kyoto dan Nara. Banyak bangunan tradisional yang luar biasa di sana. Saat itu, aku mempelajari arsitektur dengan cara mengunjungi langsung suatu bangunan, mempelajarinya kembali lewat buku-buku yang membahas bangunan tersebut.”

Ketertarikannya terhadap dunia arsitktur dimulai di usia 15 tahun. Saat itu ia mendapatkan buku sketsa-sketsa arsitek Le Corbusier. Ia menggambar ulang sketsa-sketsa Corbusier tersebut, sambil membayangkan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Corbusier saat mengerjakan suatu disain. Sekitar tahun 1962-1969, Tadao Ando banyak mengunjungi tempat-tempat di Amerika Serikat, Eropa, dan Afrika. Periode ini adalah periode pematangan ide-ide arsitekturalnya sebelum ia mendirikan Tadao Ando Architectural & Associates di Osaka pada tahun 1969. Tadao Ando telah memenangkan beberapa penghargaan arsitektur bergengsi, seperti Arlsberg Prize (1992), Pritzker Prize (1995), Praemium Imperiale (1996), Gold Medal of Royal Institute of British Architects (1997).
Hampir seluruh disain bangunan Tadao Ando berkarakter simpel. Menurutnya, kita harus selalu berdialog dengan arsitektur yang masa lalu. Dan harus melalui filter visi dan pengalaman si arsitek itu sendiri.  Kesan pertama saat kita melihat karya arsitektur Tadao Ando adalah meterialnya. Tadao Ando sering menggunakan dinding yang besar dan kokoh sebagai pembatas ruangnya. Namun dinding keras tersebut memberi kesan lembut bila disentuh, dan mampu menghadirkan cahaya, udara, dan keheningan di saat yang bersamaan. Kesan lainnya adalah adanya ‘kekosongan’ , karena pengunjung hanya merasakan cahaya saat berkunjung ke bangunan yang ia dirikan. Saat ini, Tadao Ando telah menjadi salah satu arsitek paling berpengaruh, dan menjadi inspirasi bagi banyak arsitek dan mahasiswa arsitektur di seluruh dunia.

RICHARD MEIER

GARASI



Meier adalah seorang Yahudi  dan lahir di Newark, New Jersey. Ia memperoleh gelar Bachelor of Architecture dari Cornell University di tahun 1957, bekerja untuk Skidmore, Owings and Merrill secara singkat pada tahun 1959, dan kemudian untuk Marcel Breuer selama tiga tahun, sebelum memulai praktek sendiri di New York pada tahun 1963. Diidentifikasi sebagai salah satu The New York Five pada tahun 1972, komisinya dari Getty Center di Los Angeles, California melambungkan popularitasnya ke mainstreamRichard Meier & Partners Architects memiliki kantor di New York dan Los Angeles dengan proyek saat ini mulai dari Cina dan Tel Aviv sampai Paris dan Hamburg. Sejak menerima pendidikan arsitektur di Cornell University, Meier telah dianugerahi gelar kehormatan dari University of Naples, New Jersey Institute of Technology, New School for Social Research, Pratt Institute, dan University of Bucharest.
Richard Meier dikenal dan dihormati di seluruh dunia dalam bidang arsitektur dan desain. Beliau telah diberikan komisi besar di Amerika Serikat dan Eropa, termasuk gedung pengadilan, ruang kota, museum, kantor pusat perusahaan, dan perumahan dan tempat hunian. Beberapa yang paling terkenal dari proyeknya meliputi Getty Center di Los Angeles, Museum Tinggi di Atlanta, Museum Seni Dekoratif Frankfurt di Jerman, Canal Plus Markas televisi di Paris, Museum Seni Kontemporer Barcelona, Seminari Hartford di Connecticut , dan Atheneum di New Harmony, Indiana.
 Pada tahun 1984, Meier dianugerahi Penghargaan Pritzker, yang dianggap kehormatan bidang tertinggi. Dia adalah penerima termuda penghargaan ini dalam sejarah hadiah. Pada tahun yang sama, Meier terpilih sebagai arsitek untuk komisi bergengsi untuk merancang 1 miliyar dollar amerika Getty Center di Los Angeles, California. Pada tahun 1989 Royal Institute of Architects Inggris, yang pada saat itu Meier sebagai anggotanya, diberikan kepadanya Medali Emas Royal. Ia menerimaArchitekturpreis Deutscher pada tahun 1992 dan pada tahun 1993 dari pemerintah Perancis diberikan kepadanya dengan gelar kehormatan Officier de l’Ordre des Arts et des Lettres. Pada tahun 1995 ia terpilih sebagai anggota dari American Academy of Arts and Sciences. Pada tahun 1997 ia menerima Medali Emas AIA dari American Institute of Architects serta Imperiale Praemium dari pemerintah Jepang sebagai pengakuan atas pencapaian seumur hidup dalam seni. Pada tahun 2008, ia memenangkan medali emas dalam bidang arsitektur dari Academy of Arts and Letters dan karyanyaJesolo Lido Village dianugerahi Dedalo Minosse International Prize untuk commissioning a building. Pada tahun 2009 ia dianugerahi President’s Medal from the Architectural League of New York. Meier telah memberi sejumlah kuliah di seluruh dunia dan berpartisipasi menjadi juri dalam banyak kompetisi. Ia telah menulis dan menjadi subyek dari banyak buku, monograf, dan surat kabar serta artikel majalah. Selain ia juga menjadi anggota Dewan Direksi dari Cooper-Hewitt National Design Museum dan American Academy di Roma, ia juga anggota dari Akademi Arsitektur Perancis dan Belgia. Meier adalah anggota senior dari Design Futures Council.
Meier telah mengajar di Cooper UnionPrinceton University, Pratt InstituteHarvard UniversityYale University, dan UCLA. Dia saat ini memegang Frank T. Rhodes Class of 1956 University Professorship di Cornell University. Penghargaan desainnya meliputi 29 Penghargaan Kehormatan Nasional AIA dan 53 Daerah AIA Design Awards.