Welcome To My Imajination

Selamat Datang di Dunia 3Dimensi
Terima Kasih Sudah Berkunjung Saya berharap Blog ini bisa tampil lebih baik lagi tentunya harapan itu merupakan harapan kita semua.. karna itu saya butuh Masukan, Kritikan dan Saran dari teman-teman semua untuk memaksimalkan isi blog ini, sekali lagi Selamat Berkunjung semoga blog ini bermanfaat bagi anda...
@ Creat: By Abank.

Kamis, 13 September 2012

CIRI POSMO menurut CHARLES JENCKS

GARASI


CIRI POSMO menurut CHARLES JENCKS

15JUN
Dalam usaha pemahaman terhadap karya-karya arsitektur, Charles Jencks menggunakan analogi ilmu bahasa, dimana Jencks berpendapat bahwa arsitektur identik dengan bahasa dan bahasa itu sendiri terdiri dari kata-kata yang di dalam arsitektur dianalogikan dengan adanya unsur-unsur bangunan seperti dinding, kolom, jendela, atap dan lain-lain. Dan oleh karena itu di dalam menghadirkan suatu karya, seorang arsitek dituntut untuk membuat bangunan yang mampu berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dalam arti yang luas (bangunan yang komunikatip). Dalam penganlogian arsitektur dengan ilmu bahasa, beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
A. Sintaksis : dalam semiologi, ‘sintaksis’ berarti cara atau teknik penyusunan kata-kata hingga membentuk sebuah kalimat yang bermakna. Dalam arsitektur, penyusunan kalimat dalam ilmu bahasa tersebut analog dengan penyusunan komponen-komponen bangunan (pintu, jendela, tangga, atap, kolom, dinding dan sebagainya) secara tepat sehingga mampu menghasilkan penampilan visual bangunan yang bermakna. 
B. Semantik : unsur ini menentukan gambaran yang tercipta dalam ingatan seseorang manakala mendengar serangkaian kata atau kalima yang diucapkan oleh orang lain. Dalam hal ini Charles Jencks berpendapat bahwa sejak dulu sebetulnya masyarakat sudah memiliki prototype-prototype bangunan yang berkaitan dengan penggunaannnya, sehingga hal ini sangat membantu terhadap pemahaman tentang apa yang akan dikomunikasikan bangunan terhadap lingkungan sekitarnya.
C. Metafora : yang dimaksud dengan metafora disini adalah hadirnya suatu arti kiasan dari ‘kalimat’ yang dihasilkan setelah kata-kata dirangkaikan.
Dalam ‘Poetics of Architecture’ terdapat penjelasan yang menunjuk pada pemahaman tentang metaphor, L. Battista Alberti menyarankan bahwa untuk memikirkan “sebuah kota sebagai tidak lebih dari sebuah rumah dan sebuah rumah sebagai sebuah kota kecil“,
Dalam hal ini Alberti menjelaskan bahwa untuk memikirkan sesuatu sebagaimana jika sesuatu itu adalah sesuatu yang lain. Selain itu Alberti juga menyarankan untuk memindahkan (displace) perhatiannya dan memikirkan sebuah rumah sebagai sebuah kota dan sebaliknya. Pada prinsipnya Alberti menyarankan untuk menggunakan metaphor sehingga mereka bisa memperoleh pengertian yang lebih baik tentang topik yang dibahas.
Metaphor dapat dilakukan bilamana :
1. Berusaha untuk memindah rujukkan dari satu subyek ke subyek yang lain.
2. Berusaha untuk ‘melihat’ sebuah subyek sebagaimana jika subyek itu berupa subyek yang lain.
3. Memindahkan pusat perhatian kita dari satu hal ke hal lain (area of concentration or one inquiry) dengan suatu harapan bahwa dengan jalan memperbandingkan / memikirkan lebih jauh kita dapat menemukan cara lain.
Berdasarkan analogi bahasa seperti diatas Charles Jencks menguraikan adanya perkembangan arsitektur yang menyimpang dari fungsionalisme arsitektur Modern. Ada enam mazhab diajukan oleh Jencks yaitu :
1. Historicism
Historicism adalah merupakan aliran arsitektur Post Modern yang paling awal munculnya. Penganut aliran ini ingin tetap menampilkan komponen-komponen bangunan yang berasal dari komponen-komponen klasik tetapi ditampilkan dengan penyelesaian yang modern, misalnya bentuk klasik yang dulunya menggunakan bahan dari kayu diganti dengan bahan beton tetapi diberikan ornamen, produk dari aliran Post Modern (historicism) ini yang paling berhasil terdapat di Jepang dan Italia. Suatu tradisi meniru model yang historical seperi façade suatu bangunan dibentuk seperti temple.
2. Straight Revitalisme
Pengikut aliran ini sulit menghilangkan langgam yang sudah mendarah daging dalam masyarakat, misalnya renaissance, gothic, roman, dll. Produk-produk aliran ini cenderung memiliki tingkat eklektikisme yang sangat tinggi. tanpa perubahan, mengulangi mentah – mentah gaya sebelum fungsionalisme.
3. Neo Vernacular
Produk-produk bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernacular, melainkan menampilkan karya-karya baru. sedangkan unsur-unsur vernacularnya hanya digunakan dalam penampilan visual bangunan, unsur-unsur yang sering dipakai adalah : pemakaian atap miring – batu bata sebagai elemen – susunan masa yang indah.
Mendapatkan unsur-unsur baru seperti yang ada pada bangunan setempat Percampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern tetapi masih didominasi oleh unsur setempat.
4. Urbanist
Pembaruan kota dengan bentuk-bentuk khusus yang sudah dikenal masya rakat. Mempunyai dua cirri khusus yaitu :
a. Ad – hoc : Penambahan komponen baru pada suatu perancangan yang sedang dalam proses
pengembangannya tanpa memikirkan posisi dan lokasi yang tepat.
b. Kontekstual : Berusaha melayani aspirasi ideal masyarakat, desain nya mengikuti lingkungan
sekitarnya.
5. Metaphor / Metaphysics
Karya-karya rancangannya mengambil bentuk-bentuk alam yang fungsional dan mempunyai tanda-tanda atau symbol tertentu. Untuk itu pilihan mereka umumnya berupa referensi yang tersamar, sehingga tidak telihat kejanggalannya.
6. Post Modern Space
Difokuskan pada rancangan spatial interpenetration , dimana dua atau lebih ruang yang berlainan dapat digabung secara overlapping dan saling bertemu, sehingga menghasilkan aliran ruang yang menerus. Yang unik secara histories bersifat irrasional dan transformasional dalam kaitan terhadap keseluruhan bangunan. Pendukung aliran ini mencoba untuk mendefinisikan ruang lebih dari sekedar ruang abstrak dan menghasilkan arti ganda, keaneka ragaman dan kejutan. Dengan interpenetrasi dan pelapisan ruang akan menghasilkan ruang yang misterius , kompleks, dan penuh kejutan.

1 komentar: