GARASI
POST MODERN 1
15JUN
PENDAHULUAN
Kurun waktu selama kurang lebih 70 tahun sungguh merupakan rentang waktu yang lebih dari cukup bagi arsitektur Modern untuk mempengaruhi bahkan menguasai panggung perjalanan arsitektur, sehingga walaupun tahun 1970 -an telah dinyatakan sebagai tahun kehancuran dari arsitektur Modern, namun pengaruh dari gerakan modern tersebut sedikit banyak masih mempengaruhi gaya-gaya arsitektur pada gerakan berikutnya, walaupun dalam wujudnya dipadukan dengan konsepsi-konsepsi baru yang berusaha menutupi kelemahan-kelemahan yang telah dilakukan oleh arsitektur modern.
“International Style” yang menjadi nama corak arsitektur dari arsitektur Modern, yang sempat mengalami jaman keemasan dan menjadi pujaan arsitek-arsitek gerakan modern, ternyata harus menghadapi tantangan berat dalam kurun waktu 1950-an. Tantangan ini tidak hanya hadir lewat karya-karya arsitektur, tetapi juga hadir lewat tulisan-tulisan dan tanggapan baik dari para kritikus modern maupun dari masyarakat awam terhadap arsitektur Modern..
Kehadiran karya-karya kelompok Brutalisme yang tidak hanya berkembang di Amerika Serikat tetapi juga di Eropa seperti “Yale Shool of Art and Architecture” di AS karya Paul Rudolph, Kapel “Notre Dame Ronchamp” karya Le Corbusier, ‘Boston City Hall’ karya Michael Kallmann, semuanya telah mampu membuktikan dirinya sebagai arsitektur yang bisa tampil “skulptural”, yang tidak harus steril dan monoton.
Disamping kemampuan arsitektural untuk tampil “skulptural”, kelompok Brutalisme ini juga mengarah untuk mengahdirkan sosok arsitektur yang mempunyai skala “megastructure”, yakni sosok bangunan yang mampu memiliki skala yang luar biasa besarnya bila ditinjau dari skala lingkungannya.
Tantangan lain juga berasal dari kelompok Louis Kahn, yaitu dengan menghadirkan karya-karya arsitektur yang sangat “puitik” dan “penuh dengan makna” yang diungkapkan dalam rupa dan ruang. Museum Kimbell di Houston, Laboratorium Salk, dan Gedung Pusat Pemerintahan di Dacca, adalah karya-karya Louis Kahn yang tampil dengan penuh kesederhanaan tetapi kaya dalam kualitas puitik dan kaya terhadap makna sebuah arsitektur.
Sedangkan kritikan Robert Venturi terhadap gerakan modern adalah dalam karya-karyanya Venturi yang berusaha untuk menghadirkan bangunan-bangunan yang terang-terangan mengambil dan menampilkan rujukan-rujukan pada langgam masa pra – modern, sehingga secara jelas merupakan sebuah langkah yang terang-terangan telah menentang arah gerakan arsitektur Modern yang pada prinsipnya membebaskan diri dari kesejarahan atau terbebas dari segenap ikatan langgam arsitektur sebelumnya.
Semua itu telah menyadarkan dunia arsitektur bahwa sebetulnya arsitektur memiliki kualitas yang melampaui batas-batas rasionalitas yang sempit seperti yang terdapat pada karakteristik dari gerakan modern.
Semua itu telah menyadarkan dunia arsitektur bahwa sebetulnya arsitektur memiliki kualitas yang melampaui batas-batas rasionalitas yang sempit seperti yang terdapat pada karakteristik dari gerakan modern.
Dari sekian banyak aliran dan gaya arsitektur yang menentang prinsip-prinsip gerakan modern yang kemudian mewarnai perkembangan corak arsitektur di akhir abad XX dan sekaligus menjadi corak arsitektur awal abad XXI, terlihat bahwa apabila ditinjau dari segi ‘percepatan derajad perubahannya’, dunia arsitektur telah dihadapkan pada dua kelompok yaitu :
KELOMPOK PERTAMA :
adalah yang memandang bahwa “perkembangan dalam dunia arsitektur hanya sedikit mengalami perubahan “atau dengan kata lain bahwa “perkembangan dalam dunia arsitektur tidak mengalami tingkat perubahan yang berarti “. Pandangan inilah, yang kemudian menurut Charles Jencks dikatakan menjadi tulang punggung bagi perkembangan arsitektur “Purna – Modern” atau arsitektur “Post – Modern”.
KELOMPOK KEDUA :
adalah yang mengemukakan pandangan bahwa “ perkembangan dalam dunia arsitektur telah banyak mengalami perubahan “atau “perkembangan dalam dunia arsitektur telah mengalami perubahan yang sangat cepat “, dengan suatu kenyataan bahwa telah hadir sekian banyak fungsi-fungsi bangunan yang baru, teknologi baru, bahan-bahan material baru, serta ideologi-ideologi baru yang dengan cepat sekali mengalami perkembangan dan perubahan.
Gerakan-gerakan yang mengikuti pola perkembangan yang ke dua inilah yang kemudian menurut Charles Jencks dikatakan menjadi tulang punggung bagi perkembangan arsitektur, “Pasca Modern”, atau “Late Modern”, “Neo Modern”.
Gerakan-gerakan yang mengikuti pola perkembangan yang ke dua inilah yang kemudian menurut Charles Jencks dikatakan menjadi tulang punggung bagi perkembangan arsitektur, “Pasca Modern”, atau “Late Modern”, “Neo Modern”.
Akan tetapi apabila kita menggunakan peristilahan yang diberikan oleh Heinrich Klotz, maka kedua pandangan tersebut diatas sama-sama menghasilkan karya arsitektur yang menurut Klotz disebut dengan arsitektur ‘Post Modern Architecture’.
Dengan adanya dua sebutan atau peristilahan tersebut, maka kita harus jernih dalam mengenali dan memahami lebih mendalam tentang arsitektur Post-modern, karena kedua istilah yang dihadirkan tersebut masing-masing menghasilkan pengikut-pengikut, ada yang mengartikan arsitektur Post-Modern seturut dengan apa yang dikemukakan oleh Charles Jencks, tetapi ada pula yang mengartikan arsitektur Post-Modern mengikuti langkah dan pandangan Heinrich Klotz.
Aliran Purna Modern dan Pasca Modern timbul pada saat arsitektur Modern sudah mencapai klimaks pertumbuhannya ; aliran purna modern dan pasca modern adalah sebagai suatu gerakan baru yang merupakan perubahan dramatis terhadap arsitektur modern dengan Internasional Style.
Kehadiran arsitektur Purna Modern dilatarbelakangi oleh kejenuhan akan arsitektur Modern, sehingga arsitektur Purna Modern merupakan tandingan terhadap modernisme dan mempunyai aspirasi yang sama terhadap tradisi, tetapi perlu dicatat bahwa arsitektur Purna-Modern jauh berbeda dengan neo-modernisme, baik dari segi muatan maupun pada penampilannya.
Gerakan purna-modern hadir karena mereka memiliki tujuan yang karakteristik yaitu untuk menciptakan suatu bentuk dan tampilan arsitektur “yang mampu bercerita”, sehingga suatu wujud arsitektur Purna-Modern tidak hanya menekankan pada fungsi saja tapi juga mengembangkan “dunia khayal”. dengan kata lain, arsitektur Purna-Modern berusaha untuk menciptakan suatu “penampilan yang indah” arsitektur Purna-Modern juga mengalihkan pandangan yang berlaku umum bahwa arsitektur hanya merupakan bangunan penutup / pelindung saja, selain itu arsitektur Purna-Modern juga menampilkan aspek–aspek lingkungan hidup yang benar–benar berbeda dari arsitektur modern, lingkungan hidup diberi peran sebagaii suatu gambaran cerita.
Dari gambaran diatas, suatu kerangka berpikir dapat dirumuskan bahwa dengan terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang yang sejalan dengan kemajuan teknologi, bidang arsitekturpun juga terpengaruh dan mengalami perubahan dan pengembangan, seperti adanya perubahan gaya yang ‘mirip’ atau ‘berbeda sama sekali’ dari arsitektur Modern. Orang mulai bosan dengan tampilan arsitektur modern, sehingga timbullah gaya arsitektur ‘Pasca Modern’ yang juga disebut ‘Late Modern Architecture’, bersamaan dengan itu pula timbullah juga arsitektur ‘Purna Modern’ atau ‘Post Modern Architecture ‘ ( Charles Jencks, Current Architecture, p.12)
Sedangkan menurut sebagian pengamat, karena banyaknya kekurangan atau ketidak sempurnaan pada arsitektur modern , maka munculah aliran baru yaitu Post Modern Architecture, yang hadir dengan alasan-alasan antara lain :
Yang pertama ,
arsitektur sebagai seni yang memasyarakat harus mudah dimengerti oleh masyarakat dengan berbagai selera (asitektur yang komunikatif), serta membuat suatu penggunaan baru dari pola dasar classicism.
arsitektur sebagai seni yang memasyarakat harus mudah dimengerti oleh masyarakat dengan berbagai selera (asitektur yang komunikatif), serta membuat suatu penggunaan baru dari pola dasar classicism.
Yang ke dua,
sebagai suatu reaksi terhadap kegagalan urbanisme-modern yang mengabaikan konteks (contextualism), Tanggapan lain dari kegagalan arsitektur modern dinyatakan pula dengan kembalinya model Vernakular, yang merupakan paduan antara bangunan vernacular dengan bangunan modern. Di sini bangunan menggunakan bata tipis, semacam lapisan dinding luar dengan bata.
Sementara itu didalam pengamatannya terhadap perkembangan arsitektur, Henrich Klotz melihat adanya gerakan-gerakan utama pada masa peralihan modern menuju post modern, yaitu :
sebagai suatu reaksi terhadap kegagalan urbanisme-modern yang mengabaikan konteks (contextualism), Tanggapan lain dari kegagalan arsitektur modern dinyatakan pula dengan kembalinya model Vernakular, yang merupakan paduan antara bangunan vernacular dengan bangunan modern. Di sini bangunan menggunakan bata tipis, semacam lapisan dinding luar dengan bata.
Sementara itu didalam pengamatannya terhadap perkembangan arsitektur, Henrich Klotz melihat adanya gerakan-gerakan utama pada masa peralihan modern menuju post modern, yaitu :
1. Hi – Tech Architecture, yaitu corak arsitektur yang lebih dominan pada kualitas ekspresif dari bahan, teknologi dan sistem konstruksi, contoh Stadion Olimpiade di Munich dan Pavillion Expo di Osaka. Gerakan inilah yang nantinya oleh Charles Jencks diberi nama arsitektur Pasca modern
2. Post Modern Architecture , yaitu corak arsitektur yang memperhitungkan sejarah arsitektur dan penampilan faktor-faktor budaya yang ada, sebagai contoh Kresgee College (Charles Moore). Staats Galerie of Stutgart (James Stirling)
2. Post Modern Architecture , yaitu corak arsitektur yang memperhitungkan sejarah arsitektur dan penampilan faktor-faktor budaya yang ada, sebagai contoh Kresgee College (Charles Moore). Staats Galerie of Stutgart (James Stirling)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar